Kamis, 26 November 2020

Konsep Perubahan Kolaboratif BAGJA dalam Mewujudkan Visi Murid Merdeka Belajar dan Berkarakter

 

ARTIKEL

 

1.3.a.9. Koneksi Antar Materi – Sintesis Berbagai Materi


NI NYOMAN AYU SUCIATI, S.Si. M.Pd.

CGP – SMP NEGERI 1 KUTA UTARA 

KABUPATEN BADUNG BALI



Konsep Merdeka Belajar dalam pandangan Ki Hajar Dewantara

Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran.Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai pembentuk karakter bangsa dimulai yang dari pembenahan sistem pendidikan dan metode belajar. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan.

Ki Hadjar Dewantara memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Tujuan pendidikan adalah kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam. Maksud pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu mendapatkan kemajuan lahir dan batin. Tujuan pendidikan adalah tentang kepuasan atau ketentraman lahir dan batin, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahagia, atau rahayu, yaitu kondisi seseorang dalam keadaan senang dalam hidup batin, sehingga dapat dipahami jika pendidikan merupakan cara untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi, wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya. Sejalan dengan hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan yang umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”. Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan).

Ki Hadjar Dewantara memiliki strategi pengembangan pendidikan diantaranya pertama, pandangan mengenai jiwa merdeka yang harus ditanamkan pada generasi penerus karena hanya mereka yang berjiwa merdeka yang dapat melanjutkan perjuang dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga dibutuhkan pendidikan nasional dan pendidikan merdeka pada anak-anak untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional, yaitu merdeka secara lahir dan batin. Dapat dipahami bahwa merdeka merupakan sanggup dan kuat untuk berdiri sendiri. Kedua, pendidikan merupakan suatu usaha untuk memberikan segala kebatinan, yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada setiap pencerahan kultur, tidak hanya pemeliharaan akan tetapi juga memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju arah keluhuran hidup kemanusiaan (Dewantara, 2009). Ketiga, pendidikan merupakan sarana dalam mencapai pembaharuan, sehingga harus dipahami bahwa segala kepentingan anak didik mengenai kepentingan pribadi maupun masyarakat jangan sampai meninggalkan kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan alam maupun zaman. Dalam melaksanakan pengajaran yang luhur adalah yang terdapat kodrat alam di dalamnya, untuk mengetahui kodrat alam itu seseorang perlu memiliki kebersihan budi, yaitu sikap yang terdapat pada berpikir, halusnya rasa, dan kekuatan kemauan atau keseimbangan antara cipta rasa, dan karsa (Dewantara, 2009).


Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter

Pendidikan dapat dipahami sebagai tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembangya peserta didik, maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak didik untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat (Dewantara, 2009). Pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai merdeka belajar dapat dilihat dalam pemikirannya mengenai pendidikan yang mendorong terhadap perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan dapat bermanfaat bagi lingkungan masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan rasa pecaya diri, mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena selama ini pendidikan hanya mengembangkan aspek kecerdasan tanpa diimbangi dengan sikap perilaku yang berkarakter dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Anak didik memiliki dasar jiwa dimana keadaan yang asli menurut kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan. Dapat diilustrasikan anak yang baru saja lahir ke dunia ibarat seperti kertas putih yang sudah berisi coretan yang tampak samar-samar, peran pendidik adalah menebalkan tulisan yang merupakan sisi positif/bakat positif anak menjadi karakter yang baik, dan membiarkan sisi negative anak tetap samar, bahkan menghilang dengan sendirinya.

Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuk karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan dari lingkungannya, yang selama ini siswa dan guru belajar berdasarkan materi dari buku atau modul. Merdeka belajar ini jika diaplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, maka dapat membentuk siswa yang berkarakter karena telah terbiasa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan apa yang ada di lingkungannya. Merdeka belajar ini akan mendorong terbentuknya sikap kepedulian terhadap lingkungannya karena siswa belajar langsung di lapangan, sehingga mendorong dirinya menjadi lebih percaya diri, terampil, dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan masyarakat. Sikap-sikap tersebut penting untuk dikembangkan karena untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya dibutuhkan sikap kepedulian, terampil dan adaptif dimanapun berada.


  Nilai dan Peran Guru dalam Mewujudkan Konsep Murid Merdeka Belajar

Guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak kegiatan sekolah. Tanpa adanya guru, kegiatan belajar mengajar di sekolah tidaklah berjalan baik. Karena tugasnya mengajar, maka guru harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan kemampuan itu, guru dapat melaksanakan perannya, yakni:

1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.

3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.

4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat.

5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh baik kepada siswanya agar berperilaku baik.

6. Sebagai elevator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.

7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada masyarakat.

8. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat, peserta didik, serta menunjang upaya-upaya pembangunan.

9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat.

10. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.

Di samping harus memiliki kemampuan profesional pembelajaran, setiap guru selaku tenaga kependidikan harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kedua jenis kemampuan terakhir ini turut menunjang pelaksanaan kemampuan profesional dalam belajar mengajar.Saat ini, banyak berpandangan bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja. Sebenarnya salah satu peran guru lainnya yaitu menjadi teladan bagi peserta didik dan dapat menuntun dan mengarahkan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik sehingga dapat berkembang dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan di mana pun ia berada.

Pendidikan menurut konsep Ki Hadjar Dewantara merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan potensi dengan bakat yang dimiliki anak, di mana dalam proses interaksi tersebut pendidik memiliki peran aktif, tidak menyerahkan begitu saja kepada anak didik, dan sebaliknya pendidik tidak boleh dominan menguasai anak. Dan ketiga kalimat di atas juga mempunyai arti bahwa pendidik harus dapat memberi contoh, harus dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam Tut Wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikan. Dalam Handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajar. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik.


Visi Guru/Sekolah yang Mendukung Konsep Murid Merdeka Belajar

Visi merupakan impian atau harapan tentang masa depan yang kita inginkan dan berusaha kita ciptakan. Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah visi yang jelas yang menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta didik. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

Hal yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di sekolah, karena suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang konsisten. Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa kini dan yang akan datang. Perubahan positif yang konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu yang berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus terus berlatih mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus dan ikhlas demi mewujudkan visi sekolah. Mengelola suatu perubahan positif untuk mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan.

Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam akronim BAGJA tersebut adalah:

1. Buat pertanyaan utama sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita inginkan, misal:

·            Bagaimana meningkatkan pencapaian peserta didik disemua kelas?

·            Bagiamana membiasakan penumbuhan karakter baik di lingkungan sekolah?

·           Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?

2. Ambil pelajaran ini, dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan menuntun mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam unsur yang berbeda maupun sama.

3. Gali mimpi bersama, dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi sebagai keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan narasi, misal:

·           Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan merasa?

·           Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?

·           Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?

·           Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?

4. Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan.  Ketika perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:

·           Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?

·           Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?

·           Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?

·           Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?

·           Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya perubahan?

5.  Atur Eksekusi, tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu memutuskan peran dan  kesepakatan-kesepakatan pelaksanaan seperti:

·           Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?

·           Bagaimana mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?

·           Siapa yang akan bertanggung jawab, siapa yang akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu laporan?

·           Siapa yang akan memonitor batas waktu?

Tahapan-tahapan BAGJA ini adalah upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal-hal baik yang ada pada diri anak dan lingkungan sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah untuk mewujudkan murid merdeka belajar dan berkarakter. Pendekatan Inkuiri apresiatif percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, Inkuiri apresiatif dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan. Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif adalah :

·                Menyusun rencana perubahan

·                Memahami kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif

·                Mengevaluasi hal-hal positif yang ada di sekolah

·                Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat

·                Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders

·                Pendekatan psikologi positif.

Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam sekolah menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam sistem sekolah fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan sehingga mendukung terwujudnya konsep murid merdeka belajar dan berkarakter.

Berikut ini adalah contoh penerapan model perubahan kolaboratif BAGJA disekolah terkait dengan upaya mewujudkan upacara bendera yang mendukung konsep murid merdeka.


    

PRAKARSA PERUBAHAN

Upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

1.   Apa tujuan dan focus utama penerapan model inkuiry apresiatif pada upacara bendera yang berpihak pada murid?

2.  Bagaimana cara efektif dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 

1.   Merefleksikan kegiatan upacara bendera yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengkaitkannya dengan konsep murid merdeka, karena kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka melalui kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

2.  Berdiskusi dengan teman sejawat di sekolah atau sekolah lain, dan melakukan literasi untuk mencari cara efektif dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

 

A-mbil pelajaran (discover)

1.       Hal apa yang paling baik dapat Anda temukan dari upacara bendera yang biasa dilakukan di sekolah?

2.      Hal apa yang paling menarik untuk kita pelajari dari pengalaman mengikuti upacara bendera di sekolah selama ini?

3.      Apa daya dukung yang dibutuhkan untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

4.      Siapa saja yang dilibatkan untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

 

1.   Mengamati dan merefleksikan kegiatan upaca bendera

2.  Memberikan kuisioner kepada guru dan siswa untuk mengetahui hal-hal yang paling menarik yang dirasakan guru dan siswa dari pengalaman mengikuti upacara bendera di sekolah selama ini

3.  Mengidentifikasi potensi dan daya dukung sumber daya manusia, sumber daya fisik serta lingkungan sekolah yang mendukung untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

4.  Membuat pemetaan peran pemangku kepentingan yang terlibat dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

G-ali mimpi (Dream)

1.   Seperti apa kebiasaan baru yang bisa dilakukan untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

2.  Apa saja kemungkinan positif yang dirasakan oleh murid dan guru setelah melaksanakan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

1.   Merancang kebiasaan-kebiasaan baru melalui metode Inqury Apresiatif BAGJA untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

2.  Memberikan kuisioner kepada guru dan siswa untuk mengetahui hal-hal positif yang dirasakan guru dan siswa dari pengalaman mengikuti upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

 

J-abarkan rencana (Design)

1.   Apa langkah-langkah inovatif yang perlu dilakukan untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

2.  Bagaimana agar seluruh pemangku kepentingan dapat berkontribusi membantu mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

3.  Kapan dan dimana rencana upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah akan dilaksanakan?

1.   Langkah-langkah inovatif yang perlu dilakukan :

a.     Murid diberikan kesempatan untuk menjadi perangkat upacara bendera sesuai dengan potensi mereka, tanpa perlu ditunjuk dan ditentukan oleh guru.

b.    Murid diberikan kesempatan untuk mengekspresikan kemampuan mereka dalam berliterasi sesaat setelah Pembina upacara selesai memberikan amanat, dan dilombakan untuk memilih duta literasi sekolah.

c.     Anggota OSIS : membantu mensosialisasikan program  kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan mendampingi pelatihan perangkat upacara

d.    Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk mempersiapkan sendiri barisan kelasnya tanpa diberikan komando, murid menilai sendiri kedisiplinan mereka dalam hal waktu, dan kelengkapan berpakaian tanpa harus diawasi oleh guru (disiplin positif), dan guru memberikan penghargaan/apresiasi kepada murid atau kelas yang paling disiplin saat melaksanakan upacara bendera.

e.    Pembina upacara tidak harus dari pihak guru, murid boleh memberikan masukan untuk mendatangkan tokoh masyarakat, dinas ataupun orang tua siswa sebagai Pembina upacara.

2.  Mensosialisasikan program kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah, sehingga seluruh pemangku kepentingan memahami peranan mereka dalam kegiatan tersebut.

3.  Kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah dilaksanakan di sekolah setiap hari senin, minggu ke-3. Alasannya : untuk memberikan waktu kepada siswa melakukan literasi sebelum mereka tampil memaparkan hasil literasi mereka. Atau bisa dilaksanakan saat event tertentu, seperti ulang tahun sekolah, hari guru dan hari kemerdekaan.

A-tur eksekusi (Deliver)

1.   Siapa dan bagimana orang-orang yang akan melakukan penerapan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

2.  Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah untuk konsisten melaksanakan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah?

3.  Bagaimana menjaga komitmen dan konsistensi dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

1.   Orang-orang yang berperan :

a.     Ayu Suciati, Wahyundari, Ardana ( Guru Penggerak): membuat rancangan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

b.    Kaur kesiswaan dan wali kelas : mensosialisasikan rancangan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

c.     Guru : memberikan apresiasi kepada murid yang disiplin dan berprestasi dalam literasi

d.    Siswa : sebagai subjek utama dalam kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

e.    Tenaga kependidikan : mendokumentasikan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

f.     Kepala Sekolah : memegang kebijakan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, serta menjalin kolaborasi dengan pemangku kepentingan sekolah terkait upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

g.     Komite, orang tua siswa, tokoh masyarakat. Dinas : ikut berpartisipasi sebagai Pembina upacara pada kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

2.   Keberhasilan dan kemajuan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah dapat dilihat dari antusiasme dan semangat murid, guru, serta seluruh pemangku kepentingan dalam mengikuti kegiatan upacara bendera, murid mampu menerapkan disiplin positif, murid mampu melakukan literasi dengan baik dan berliterasi menjadi suatu pembiasaan, serta terjalinnya kolaborasi dan kerjasama yang efektif antara sekolah dengan seluruh pemangku kepentingan.

3.   Cara menjaga komitmen dan konsistensi dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah, yaitu selalu mengadakan refleksi, mengidentifikasi hal-hal positif dan negative, kebaikan dan kekurangan dari kegiatan yang telah dilakukan, baik dari segi teknis pelaksanaan maupun pihak-pihak yang terlibat. Serta menganalisis kendala yang dialami sehingga bisa dicarikan solusi untuk perbaikan program kegiatan berikutnya.

 

Berikut adalah perbedaan konsep upacara versi biasa dan versi baru setelah menggunakan model perubahan kolaboratif BAGJA untuk mewujudkan murid merdeka dan berkarakter.

Upacara biasanya

Upacara versi baru

Pembina upacara ditentukan dan dijadwalkan, yaitu dari Kepala sekolah dan guru

Murid diberikan kesempatan memberikan masukan untuk mendatangkan tokoh masyarakat, dinas ataupun orang tua siswa sebagai Pembina upacara

Perangkat upacara ditentukan oleh guru

 

Murid diberikan kesempatan menjadi perangkat upacara sesuai dengan potensi mereka, tanpa harus ditentukan oleh guru

Guru memberi komando kepada murid saat upacara bendera akan dimulai, guru mengecek kedisiplinan murid dalam hal kelengakapan berpakaian dan waktu kehadiran di sekolah.

Murid diberikan kesempatan untuk mempersiapkan sendiri barisan kelasnya tanpa diberikan komando, murid menilai sendiri kedisiplinan mereka dalam hal waktu, dan kelengkapan berpakaian tanpa harus diawasi oleh guru (disiplin positif)

Tokoh masyarakat, dinas, komite dan orang tua murid belum dilibatkan secara optimal dalam pelaksanaan upacara bendera

Mengoptimalkan peran tokoh masyarakat, dinas, komite dan orang tua murid dalam pelaksanaan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah

Belum adanya penghargaan atau apresiasi bagi murid yang mampu menerapkan disiplin positif serta bagi yang mampu berliterasi

Adanya apresiasi dari guru dan sekolah kepada murid dalam hal kemampuan murid menerapkan disiplin positif serta dalam hal berliterasi.


Berikut ini adalah video penjelasan tentang model perubahan kolaboratif BAGJA yang menggunakan paradigma Inkuiri Apresiatif 




27 komentar:

  1. Balasan
    1. Saya banyak belajar dari ibu sri..suksma nggih

      Hapus
    2. Bisa aja bu ayu ni rajin sekali. Saya jd tergerak

      Hapus
    3. Ahh saya yg tergerak liat ibu sri yg kreatif..suksma ilmu2 nya bu

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terimkasih ibu arie, saya belajar dari teman2 CGP hebat semua

      Hapus
  3. Balasan
    1. Terimakasih sdh berkunjung ibu ayu, sy belajar dr CGP hebat semua

      Hapus
  4. Luar biasaa, bu ayu
    Sungguh-sungguh, bu ayu guru yg berdedikasi tinggi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suksma ajik..sareng2 belajar nggih..tyg msh perlu banyak bljar

      Hapus
  5. Perkenalkan saya cindy mantan murid ibu di Sakura yang juga sejawat di MGMP IPA Badung. Tulisannya sangat inspiratif dan memotivasi kita sebagai tenaga pendidik berserta stakeholder untuk berkerjasama membangun merdeka belajar. Semoga kelak saya bisa mengikuti jejak ibu 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wooww..anak ibu sdh jadi guru sekrg,, luarbiasa nak..ttp komitmen menuntun anak bangsa ya..terimakasih sdh berkunjung.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Terimkasih bu eva sudah berkenan berkunjung..salam sukses

      Hapus
  7. Saya banyak belajar dari Panjenengan.
    Terimakasih, ilmunya sangat bermanfaat. 🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimkasih ibu eny sudah berkunjung, saya belajar dari teman2 CGP lain bu, smoga sdikit bermanfaat nggih

      Hapus
  8. Bukan lagi sedikit, tetapi banyak sekali, sangat bermanfaat.
    Salam kenal, tetap semangat, semoga berkenan untuk belajar bersama. 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah bu klo banyak manfaatnya..hehe..siap bu mari belajar bersama..indahnya berbagi

      Hapus
  9. Balasan
    1. Terimkasih kakakku sudah berkunjung dan memuji..sy bljar dari kakakku yg kreatif ini

      Hapus
    2. Terima kasih Ibu ayu luar biasa,,keren banget ibu semoga ibu berkenan berbagi ilmux,, gmna carax buat blog n ngirim tugas Di blogs, suksme

      Hapus
    3. Salam bahagia ibu gusti, ibu buat dl di word, nanti tinggalndi copy paste ibu, kecuali gambar, lgsg dimasykkan ke blog nggih

      Hapus
    4. Terimkasih ibu gusti sdh berkenan berkunjung

      Hapus
  10. Mantap keren bu..lengkap dan jelas paparannya... orangnya cantik dan smart. izin copas nggih hehehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih sudah berkunjung ibu efriyeni, kalau dirasa diperlukan silkan bu, pujiannya bikin sy melayang..hehe

      Hapus
  11. Sangat lengkap sekali, mengisnpirasi sekali bu, memotivasi saya untuk belajar kayak ibu nulis artikelnya..terimakasih bu...🥰🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimaasih sdh berkunjung ibu Hayati, syukurlah bermanfaat bu, sy baru belajar un menulis..semangat literasi bu

      Hapus