ARTIKEL
1.3.a.9. Koneksi Antar Materi – Sintesis
Berbagai Materi
NI NYOMAN AYU SUCIATI, S.Si. M.Pd.
CGP – SMP NEGERI 1 KUTA UTARA
KABUPATEN BADUNG BALI
Konsep Merdeka Belajar dalam pandangan Ki Hajar Dewantara
Merdeka
belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam
menentukan sistem pembelajaran.Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan
pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru karena selama ini pendidikan
di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek
keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter
yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memandang
pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan
mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan
sekitar. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai
pembentuk karakter bangsa dimulai yang dari pembenahan sistem pendidikan dan
metode belajar. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah
yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan.
Ki Hadjar
Dewantara memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas
kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang
Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang
ada di masyarakat. Tujuan pendidikan adalah kesempurnaan hidup manusia sehingga
dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam.
Maksud pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu mendapatkan kemajuan lahir
dan batin. Tujuan pendidikan adalah tentang kepuasan atau ketentraman lahir dan
batin, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahagia, atau rahayu, yaitu kondisi seseorang dalam keadaan senang
dalam hidup batin, sehingga dapat dipahami jika pendidikan merupakan cara untuk
mendapatkan kemerdekaan jiwa. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan
salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam
hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan
kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud
“memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan
hidup kemanusiaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri
mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan,
misalnya: topi, wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan
dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak
jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya. Sejalan dengan hal tersebut,
Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan yang
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin dan karakter), pikiran, dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa
tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras
dengan dunianya”. Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni
mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses
transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga
dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia
menjadi manusia yang seutuhnya. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam
masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik karena dapat
membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian
dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan).
Ki Hadjar
Dewantara memiliki strategi pengembangan pendidikan diantaranya pertama, pandangan mengenai jiwa
merdeka yang harus ditanamkan pada generasi penerus karena hanya mereka yang
berjiwa merdeka yang dapat melanjutkan perjuang dan mempertahankan kemerdekaan
bangsa Indonesia sehingga dibutuhkan pendidikan nasional dan pendidikan merdeka
pada anak-anak untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional, yaitu merdeka secara
lahir dan batin. Dapat dipahami bahwa merdeka merupakan sanggup dan kuat untuk
berdiri sendiri. Kedua, pendidikan
merupakan suatu usaha untuk memberikan segala kebatinan, yang ada dalam hidup
rakyat yang berkebudayaan kepada setiap pencerahan kultur, tidak hanya
pemeliharaan akan tetapi juga memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju
arah keluhuran hidup kemanusiaan (Dewantara, 2009). Ketiga, pendidikan merupakan sarana dalam mencapai pembaharuan,
sehingga harus dipahami bahwa segala kepentingan anak didik mengenai
kepentingan pribadi maupun masyarakat jangan sampai meninggalkan kepentingan
yang berhubungan dengan kodrat keadaan alam maupun zaman. Dalam melaksanakan
pengajaran yang luhur adalah yang terdapat kodrat alam di dalamnya, untuk
mengetahui kodrat alam itu seseorang perlu memiliki kebersihan budi, yaitu
sikap yang terdapat pada berpikir, halusnya rasa, dan kekuatan kemauan atau
keseimbangan antara cipta rasa, dan karsa (Dewantara, 2009).
Merdeka
Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya Bagi Pengembangan
Pendidikan Karakter
Pendidikan
dapat dipahami sebagai tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembangya peserta didik,
maksudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak didik untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakat (Dewantara, 2009). Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara mengenai merdeka belajar dapat dilihat dalam pemikirannya mengenai
pendidikan yang mendorong terhadap perkembangan siswa, yaitu pendidikan
mengajarkan untuk mencapai perubahan dan dapat bermanfaat bagi lingkungan
masyarakat. Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan rasa pecaya
diri, mengembangkan potensi yang ada dalam diri karena selama ini pendidikan
hanya mengembangkan aspek kecerdasan tanpa diimbangi dengan sikap perilaku yang
berkarakter dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan. Anak didik
memiliki dasar jiwa dimana keadaan yang asli menurut kodratnya sendiri dan
belum dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan. Dapat diilustrasikan anak yang
baru saja lahir ke dunia ibarat seperti kertas putih yang sudah berisi coretan yang
tampak samar-samar, peran pendidik adalah menebalkan tulisan yang merupakan
sisi positif/bakat positif anak menjadi karakter yang baik, dan membiarkan sisi
negative anak tetap samar, bahkan menghilang dengan sendirinya.
Esensi dari merdeka belajar, yaitu kebebasan berpikir yang ditujukan kepada siswa dan guru, sehingga mendorong terbentuk karakter jiwa merdeka karena siswa dan guru dapat mengekplorasi pengetahuan dari lingkungannya, yang selama ini siswa dan guru belajar berdasarkan materi dari buku atau modul. Merdeka belajar ini jika diaplikasikan dalam sistem pendidikan di Indonesia, maka dapat membentuk siswa yang berkarakter karena telah terbiasa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuannya berdasarkan apa yang ada di lingkungannya. Merdeka belajar ini akan mendorong terbentuknya sikap kepedulian terhadap lingkungannya karena siswa belajar langsung di lapangan, sehingga mendorong dirinya menjadi lebih percaya diri, terampil, dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan masyarakat. Sikap-sikap tersebut penting untuk dikembangkan karena untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya dibutuhkan sikap kepedulian, terampil dan adaptif dimanapun berada.
Guru dapat dikatakan
sebagai ujung tombak kegiatan sekolah. Tanpa adanya guru, kegiatan belajar
mengajar di sekolah tidaklah berjalan baik. Karena tugasnya mengajar, maka guru
harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar.
Sebagai tenaga pengajar, setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan
kemampuan itu, guru dapat melaksanakan perannya, yakni:
1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan
kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa
mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.
3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya
menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.
4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi
dengan siswa dan masyarakat.
5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh
baik kepada siswanya agar berperilaku baik.
6. Sebagai elevator, yang melakukan penilaian
terhadap kemajuan belajar siswa.
7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan
usaha-usaha pembaruan kepada masyarakat.
8. Sebagai agen moral dan politik, yang turut
membina moral masyarakat, peserta didik, serta menunjang upaya-upaya
pembangunan.
9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat.
10. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa
dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.
Di samping harus memiliki
kemampuan profesional pembelajaran, setiap guru selaku tenaga kependidikan
harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kedua jenis
kemampuan terakhir ini turut menunjang pelaksanaan kemampuan profesional dalam
belajar mengajar.Saat ini, banyak berpandangan bahwa peranan guru hanya
mendidik dan mengajar saja. Sebenarnya salah satu peran guru lainnya yaitu menjadi teladan bagi peserta didik dan
dapat menuntun dan mengarahkan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik
sehingga dapat berkembang dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan di mana pun
ia berada.
Pendidikan menurut konsep
Ki Hadjar Dewantara merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan potensi
dengan bakat yang dimiliki anak, di mana dalam proses interaksi tersebut
pendidik memiliki peran aktif, tidak menyerahkan begitu saja kepada anak didik,
dan sebaliknya pendidik tidak boleh dominan menguasai anak. Dan ketiga kalimat
di atas juga mempunyai arti bahwa pendidik harus dapat memberi contoh, harus
dapat memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam Tut
Wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya
sementara guru memperhatikan. Dalam Handayani berarti guru mempengaruhi peserta
didik, dalam arti membimbing atau mengajar. Dengan demikian membimbing
mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi
memaksanya menurut kehendak sang pendidik.
Visi Guru/Sekolah yang Mendukung Konsep
Murid Merdeka Belajar
Visi merupakan impian atau harapan tentang masa depan yang kita inginkan dan
berusaha kita ciptakan. Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah
visi yang jelas yang menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan
pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta didik. Keyakinan kita atas
visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas
diri serta menguatkan kolaborasi
di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.
Hal yang tidak
mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di sekolah, karena
suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang
konsisten. Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk
melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi
dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa kini dan yang
akan datang. Perubahan positif yang konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan
waktu yang berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus terus berlatih
mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang
tulus dan ikhlas demi mewujudkan visi sekolah. Mengelola suatu
perubahan positif untuk mewujudkan murid
merdeka belajar di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen
perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan
paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan
perubahan yang berbasis kekuatan.
Inkuiri apresiatif
menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri
apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu
organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui
pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam
suasana yang positif dan apresiatif. Lima tahapan utama yang dijalankan dalam
akronim BAGJA tersebut adalah:
1. Buat
pertanyaan utama sebagai penentu arah penelurusan terkait perubahan yang kita
inginkan, misal:
·
Bagaimana
meningkatkan pencapaian peserta didik disemua kelas?
·
Bagiamana
membiasakan penumbuhan karakter baik di lingkungan sekolah?
·
Bagaimana
meningkatkan keterlibatan murid dengan cara dan ragam yang berbeda?
2. Ambil
pelajaran ini, dilakukan setelah pertanyaan utama disepakati. Bagian ini akan
menuntun mengambil pelajaran dari pengalaman individu atau kelompok baik dalam
unsur yang berbeda maupun sama.
3. Gali
mimpi bersama, dalam tahapan ini komunitas sekolah akan menggali mimpi sebagai
keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara rinci melalui sebuah
narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam penyusunan narasi,
misal:
·
Seperti apa
orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat, bertindak, berpikir, dan
merasa?
·
Bagaimana
penampakan lingkungannya secara fisik?
·
Apakah
kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan terjadi?
·
Sumber daya
apa yang kita bayangkan akan tersedia?
4. Jabarkan
rencana untuk mencapai gambaran yang diinginkan. Tahapan ini akan
mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan mengambil keputusan-keputusan.
Ketika perencanaan awal kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk
membantu penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
·
Siapa yang
akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
·
Bagaimana
mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
·
Bagaimana
agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat secara informal melakukan
improvisasi dan kontribusi membantu terwujudnya perubahan?
·
Apa
langkah-langkah kecil yang diperlukan?
·
Apa langkah
besar (inovatif, terobosan, berani) untuk memperbesar terwujudnya perubahan?
5. Atur
Eksekusi, tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi nyata. Diperlukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu memutuskan peran dan
kesepakatan-kesepakatan pelaksanaan seperti:
·
Siapa yang
akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
·
Bagaimana
mereka mengomunikasikan dan melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
·
Siapa yang
akan bertanggung jawab, siapa yang akan menindaklanjuti/memberikan umpan balik
suatu laporan?
·
Siapa yang
akan memonitor batas waktu?
Tahapan-tahapan BAGJA ini adalah upaya mewujudkan suatu perubahan
positif untuk kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Melalui
pendekatan inkuiri apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal-hal baik yang ada
pada diri anak dan lingkungan sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut
dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak
relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian
menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi setiap individu
dalam komunitas sekolah untuk mewujudkan
murid merdeka belajar dan berkarakter. Pendekatan Inkuiri
apresiatif percaya
bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada
keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset
organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, Inkuiri
apresiatif dimulai
dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan
yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam
melakukan perencanaan perubahan. Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita
lakukan dalam menerapkan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif
adalah :
·
Menyusun
rencana perubahan
·
Memahami
kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan perubahan positif
·
Mengevaluasi
hal-hal positif yang ada di sekolah
·
Berkolaborasi
dengan stakeholders dan rekan sejawat
·
Dukungan dan
motivasi dari seluruh stakeholders
·
Pendekatan
psikologi positif.
Dari semua
langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan suatu sistem
dalam sekolah menjadi tidak relevan, karena semua aspek dalam sistem sekolah fokus
pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu mengatasi kelemahan
sehingga mendukung terwujudnya konsep murid
merdeka belajar dan berkarakter.
Berikut ini adalah contoh penerapan model perubahan kolaboratif BAGJA disekolah terkait dengan upaya mewujudkan upacara bendera yang mendukung konsep murid merdeka.
PRAKARSA PERUBAHAN |
Upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh
warga sekolah |
|
TAHAPAN |
Pertanyaan |
Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan |
B-uat
pertanyaan (Define) |
1.
Apa tujuan dan focus utama
penerapan model inkuiry apresiatif pada upacara bendera yang berpihak pada
murid? 2.
Bagaimana cara efektif dalam mewujudkan
upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga
sekolah? |
1.
Merefleksikan kegiatan upacara
bendera yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengkaitkannya dengan konsep
murid merdeka, karena kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat dan
potensi mereka melalui kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah 2.
Berdiskusi dengan teman sejawat
di sekolah atau sekolah lain, dan melakukan literasi untuk mencari cara
efektif dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah
|
A-mbil
pelajaran (discover) |
1.
Hal apa
yang paling baik dapat Anda temukan dari upacara bendera yang biasa dilakukan
di sekolah? 2.
Hal apa
yang paling menarik untuk kita pelajari dari pengalaman mengikuti upacara
bendera di sekolah selama ini? 3.
Apa daya dukung yang dibutuhkan
untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh
seluruh warga sekolah? 4.
Siapa saja yang dilibatkan untuk
mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh
seluruh warga sekolah?
|
1.
Mengamati dan merefleksikan
kegiatan upaca bendera 2.
Memberikan kuisioner kepada guru
dan siswa untuk mengetahui hal-hal yang paling menarik yang dirasakan guru
dan siswa dari pengalaman mengikuti upacara bendera
di sekolah selama ini 3.
Mengidentifikasi potensi dan daya
dukung sumber daya manusia, sumber daya fisik serta lingkungan sekolah yang
mendukung untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah 4.
Membuat pemetaan peran pemangku
kepentingan yang terlibat dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada
murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah |
G-ali
mimpi (Dream) |
1.
Seperti apa kebiasaan baru yang bisa
dilakukan untuk mewujudkan upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 2.
Apa saja kemungkinan positif yang
dirasakan oleh murid dan guru setelah melaksanakan upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah |
1.
Merancang kebiasaan-kebiasaan
baru melalui metode Inqury Apresiatif BAGJA untuk mewujudkan upacara bendera
yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah 2.
Memberikan kuisioner kepada guru
dan siswa untuk mengetahui hal-hal positif yang dirasakan guru dan siswa dari pengalaman mengikuti upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah
|
J-abarkan
rencana (Design) |
1.
Apa langkah-langkah inovatif yang
perlu dilakukan untuk mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 2.
Bagaimana agar seluruh pemangku
kepentingan dapat berkontribusi membantu mewujudkan upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 3.
Kapan dan dimana rencana upacara
bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah
akan dilaksanakan? |
1.
Langkah-langkah inovatif yang
perlu dilakukan : a.
Murid diberikan kesempatan untuk
menjadi perangkat upacara bendera sesuai dengan potensi mereka, tanpa perlu
ditunjuk dan ditentukan oleh guru. b.
Murid diberikan kesempatan untuk
mengekspresikan kemampuan mereka dalam berliterasi sesaat setelah Pembina
upacara selesai memberikan amanat, dan dilombakan untuk memilih duta literasi
sekolah. c.
Anggota OSIS : membantu
mensosialisasikan program kegiatan upacara
bendera yang berpihak pada murid dan mendampingi pelatihan perangkat upacara d.
Guru memberikan kesempatan kepada
murid untuk mempersiapkan sendiri barisan kelasnya tanpa diberikan komando,
murid menilai sendiri kedisiplinan mereka dalam hal waktu, dan kelengkapan
berpakaian tanpa harus diawasi oleh guru (disiplin positif), dan guru
memberikan penghargaan/apresiasi kepada murid atau kelas yang paling disiplin
saat melaksanakan upacara bendera. e.
Pembina upacara tidak harus dari
pihak guru, murid boleh memberikan masukan untuk mendatangkan tokoh
masyarakat, dinas ataupun orang tua siswa sebagai Pembina upacara. 2.
Mensosialisasikan program
kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh
warga sekolah, sehingga seluruh pemangku kepentingan memahami peranan mereka
dalam kegiatan tersebut. 3.
Kegiatan upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah dilaksanakan di
sekolah setiap hari senin, minggu ke-3. Alasannya : untuk memberikan waktu
kepada siswa melakukan literasi sebelum mereka tampil memaparkan hasil
literasi mereka. Atau bisa dilaksanakan saat event tertentu, seperti ulang
tahun sekolah, hari guru dan hari kemerdekaan. |
A-tur
eksekusi (Deliver) |
1.
Siapa dan bagimana orang-orang
yang akan melakukan penerapan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 2.
Bagaimana mengukur kemajuan dan
melanjutkan langkah untuk konsisten melaksanakan upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah? 3.
Bagaimana menjaga komitmen dan
konsistensi dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah |
1.
Orang-orang yang berperan : a.
Ayu Suciati, Wahyundari, Ardana (
Guru Penggerak): membuat rancangan kegiatan upacara bendera yang berpihak
pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah b.
Kaur kesiswaan dan wali kelas : mensosialisasikan
rancangan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan
oleh seluruh warga sekolah c.
Guru : memberikan apresiasi
kepada murid yang disiplin dan berprestasi dalam literasi d.
Siswa : sebagai subjek utama
dalam kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh
seluruh warga sekolah e.
Tenaga kependidikan :
mendokumentasikan kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah f.
Kepala Sekolah : memegang
kebijakan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, serta menjalin
kolaborasi dengan pemangku kepentingan sekolah terkait upacara bendera yang
berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah g.
Komite, orang tua siswa, tokoh
masyarakat. Dinas : ikut berpartisipasi sebagai Pembina upacara pada kegiatan
upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga
sekolah 2.
Keberhasilan dan kemajuan
kegiatan upacara bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh
warga sekolah dapat dilihat dari antusiasme dan semangat murid, guru, serta
seluruh pemangku kepentingan dalam mengikuti kegiatan upacara bendera, murid
mampu menerapkan disiplin positif, murid mampu melakukan literasi dengan baik
dan berliterasi menjadi suatu pembiasaan, serta terjalinnya kolaborasi dan
kerjasama yang efektif antara sekolah dengan seluruh pemangku kepentingan. 3.
Cara menjaga komitmen dan
konsistensi dalam mewujudkan upacara bendera yang berpihak pada murid dan
dinantikan oleh seluruh warga sekolah, yaitu selalu mengadakan refleksi,
mengidentifikasi hal-hal positif dan negative, kebaikan dan kekurangan dari
kegiatan yang telah dilakukan, baik dari segi teknis pelaksanaan maupun
pihak-pihak yang terlibat. Serta menganalisis kendala yang dialami sehingga
bisa dicarikan solusi untuk perbaikan program kegiatan berikutnya. |
Berikut adalah perbedaan konsep upacara versi biasa
dan versi baru setelah menggunakan model perubahan kolaboratif BAGJA untuk
mewujudkan murid merdeka dan berkarakter.
Upacara biasanya |
Upacara versi baru |
Pembina
upacara ditentukan dan dijadwalkan, yaitu dari Kepala sekolah dan guru |
Murid diberikan
kesempatan memberikan masukan untuk mendatangkan tokoh masyarakat, dinas
ataupun orang tua siswa sebagai Pembina upacara |
Perangkat
upacara ditentukan oleh guru |
Murid
diberikan kesempatan menjadi perangkat upacara sesuai dengan potensi mereka,
tanpa harus ditentukan oleh guru |
Guru
memberi komando kepada murid saat upacara bendera akan dimulai, guru mengecek
kedisiplinan murid dalam hal kelengakapan berpakaian dan waktu kehadiran di
sekolah. |
Murid diberikan kesempatan untuk
mempersiapkan sendiri barisan kelasnya tanpa diberikan komando, murid menilai
sendiri kedisiplinan mereka dalam hal waktu, dan kelengkapan berpakaian tanpa
harus diawasi oleh guru (disiplin positif) |
Tokoh masyarakat, dinas, komite
dan orang tua murid belum dilibatkan secara optimal dalam pelaksanaan upacara
bendera |
Mengoptimalkan peran tokoh
masyarakat, dinas, komite dan orang tua murid dalam pelaksanaan upacara
bendera yang berpihak pada murid dan dinantikan oleh seluruh warga sekolah |
Belum adanya penghargaan atau
apresiasi bagi murid yang mampu menerapkan disiplin positif serta bagi yang
mampu berliterasi |
Adanya apresiasi dari guru dan
sekolah kepada murid dalam hal kemampuan murid menerapkan disiplin positif
serta dalam hal berliterasi. |
Komplit bu
BalasHapusSaya banyak belajar dari ibu sri..suksma nggih
HapusBisa aja bu ayu ni rajin sekali. Saya jd tergerak
HapusAhh saya yg tergerak liat ibu sri yg kreatif..suksma ilmu2 nya bu
HapusMantap bu lengkap banget
BalasHapusTerimkasih ibu arie, saya belajar dari teman2 CGP hebat semua
HapusKeren Bu 👍👍
BalasHapusTerimakasih sdh berkunjung ibu ayu, sy belajar dr CGP hebat semua
HapusLuar biasaa, bu ayu
BalasHapusSungguh-sungguh, bu ayu guru yg berdedikasi tinggi
Suksma ajik..sareng2 belajar nggih..tyg msh perlu banyak bljar
HapusPerkenalkan saya cindy mantan murid ibu di Sakura yang juga sejawat di MGMP IPA Badung. Tulisannya sangat inspiratif dan memotivasi kita sebagai tenaga pendidik berserta stakeholder untuk berkerjasama membangun merdeka belajar. Semoga kelak saya bisa mengikuti jejak ibu 😊
BalasHapusWooww..anak ibu sdh jadi guru sekrg,, luarbiasa nak..ttp komitmen menuntun anak bangsa ya..terimakasih sdh berkunjung.
HapusKeren banget 👍👍👍
BalasHapusTerimkasih bu eva sudah berkenan berkunjung..salam sukses
HapusSaya banyak belajar dari Panjenengan.
BalasHapusTerimakasih, ilmunya sangat bermanfaat. 🙏🙏
Terimkasih ibu eny sudah berkunjung, saya belajar dari teman2 CGP lain bu, smoga sdikit bermanfaat nggih
HapusBukan lagi sedikit, tetapi banyak sekali, sangat bermanfaat.
BalasHapusSalam kenal, tetap semangat, semoga berkenan untuk belajar bersama. 🙏
Syukurlah bu klo banyak manfaatnya..hehe..siap bu mari belajar bersama..indahnya berbagi
HapusJeg suba nice adikku....
BalasHapusTerimkasih kakakku sudah berkunjung dan memuji..sy bljar dari kakakku yg kreatif ini
HapusTerima kasih Ibu ayu luar biasa,,keren banget ibu semoga ibu berkenan berbagi ilmux,, gmna carax buat blog n ngirim tugas Di blogs, suksme
HapusSalam bahagia ibu gusti, ibu buat dl di word, nanti tinggalndi copy paste ibu, kecuali gambar, lgsg dimasykkan ke blog nggih
HapusTerimkasih ibu gusti sdh berkenan berkunjung
HapusMantap keren bu..lengkap dan jelas paparannya... orangnya cantik dan smart. izin copas nggih hehehe..
BalasHapusTrimakasih sudah berkunjung ibu efriyeni, kalau dirasa diperlukan silkan bu, pujiannya bikin sy melayang..hehe
HapusSangat lengkap sekali, mengisnpirasi sekali bu, memotivasi saya untuk belajar kayak ibu nulis artikelnya..terimakasih bu...🥰🙏
BalasHapusTerimaasih sdh berkunjung ibu Hayati, syukurlah bermanfaat bu, sy baru belajar un menulis..semangat literasi bu
Hapus