ARTIKEL AKSI NYATA
“PENGEMBANGAN PROGRAM SCIENCEPRENEUR EKSTRAKURIKULER IPA MELALUI PENERAPAN KONSEP BAGJA UNTUK MEWUJUDKAN VISI MURID MERDEKA”
PGP-1-KABUPATEN
BADUNG-NI NYOMAN AYU SUCIATI-1.3-AKSI NYATA
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan,
salah satunya adalah ekstrakurikuler bidang IPA, merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan
sesuai bakat dan minat peserta didik. Ciri khas ekstrakurikuler bidang IPA
adalah keterkaitan setiap kegiatan dengan literasi terhadap pengetahuan alam
dan keterampilan proses sains. Bentuk ekstrakurikuler Bidang IPA dapat
diarahkan pada beragam kegiatan yang memanfaatkan pemahaman sains untuk menghasilkan
karya yang inovatif, bermanfaat dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills)
peserta didik. Oleh karena itu, program ekstrakurikuler IPA dapat disebut sebagai
upaya pengembangan semangat wirausaha berbasis sains (sciencepreneurship). Dengan
semangat tersebut, peserta didik diharapkan memiliki sikap ilmiah, termotivasi untuk
berkompetisi di bidang IPA, dan memiliki cita-cita untuk berkarir atau
berwirausaha dengan memanfaatkan pengetahuan IPA. Hal-hal tersebut merupakan
dampak positif jangka pendek dan jangka panjang yang diharapkan muncul dari
program ekstrakurikuler bidang IPA.
Guru yang ditunjuk sebagai pembina ekstrakurikuler bidang IPA diharapkan juga memiliki sciencepreneurship untuk menyusun, menerapkan, menilai dan mengevaluasi program ekstrakurikuler bidang IPA yang sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah. Guru IPA sebagai pembina dan pengembang bidang IPA di SMP dapat memilih salah satu bentuk program ekstrakurikuler sciencepreneur baik bentuk Karya Ilmiah yang menghasilkan produk karya tulis hasil penelitian atau pengembangan produk tepat guna. Sebagai pendukung kegiatan kurikuler, peserta didik dalam ekstrakurikuler sciencepreneur juga harus jelas menguraikan prinsip-prinsip IPA yang diterapkan. Sesuai dengan makna sciencepreneurship, seluruh atau sebagaian besar proses pelaksanaan kegiatan harus berdasarkan inovasi peserta didik dan mampu dilaksanakan oleh peserta didik secara mandiri. Hasil dari kegiatan ekstrakurikuler sciencepreneur bersifat tepat guna, bukan hanya sekedar kerajinan yang bernilai estetika semata, atau bersifat sementara. Produk yang dihasilkan harus bermanfaat sesuai kebutuhan, memenuhi kaidah ekonomis (memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal), berdaya pakai tinggi dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable).
Program sciencepreneur ekstrakurikuler IPA juga dikembangkan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan penting yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global dunia modern. Pembelajaran IPA yang telah menerapkan model inkuiri dan mengintegrasikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dapat lebih dieksplorasi dalam wadah ekstrakurikuler sciencepreneur. Selain itu, dengan mendorong kemandirian peserta didik menghasilkan karya inovasi dan berinteraksi dengan berbagai pihak di masyarakat lebih dari batasan kurikulum sekolah, keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif akan terbina dengan lebih intensif.
Berdasarkan
Panduan Teknis Ekstrakurikuler Tingkat SMP dari Direktorat Pembinaan SMP tahun
2014, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, termasuk Ekstrakurikuler Sciencepreneur
Bidang IPA, dilakukan melalui tahapan:
1. Identifikasi
kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
2. Analisis sumber
daya yang diperlukan untuk penyelenggarannya;
3. Pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
4. Penyusunan
program kegiatan ekstrakurikuler; dan
5. Penetapan bentuk
kegiatan yang diselenggarakan.
Dengan
demikian, untuk menghasilkan program kegiatan ekstrakurikuler mencapai tujuan
menyalurkan minat dan mengembangkan potensi siswa, pihak sekolah harus terlebih
dahulu melakukan identifikasi dan analisis kebutuhan peserta didik dan daya dukung
sekolah.
Sebagai
ekstrakurikuler pilihan, bentuk program ekstrakurikuler sciencepreneur dapat memiliki
karakter dan tujuan yang berbeda untuk tiap sekolah. Akan lebih baik lagi jika ekstrakurikuler
sciencepreneur dapat dijadikan unggulan berdasarkan potensi yang unggulan
sekolah masing-masing. Sebagai contoh, sekolah yang dekat dengan laut dan sentra
industri hasil laut dapat memperkuat keunggulan peserta didiknya dalam mengambil
manfaat dari laut. Demikian juga sekolah yang dekat dengan wilayah pertanian,
hutan lindung, sentra kerajinan dan lainnya, masing-masing dapat memanfaatkan
kondisi tersebut untuk memperkuat ciri khas ekstrakurikuler sciencepreneur-nya.
Inti
dari program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur adalah
pemanfaatan pengetahuan dan pemahaman IPA dalam kegiatan sukarela dengan
semangat berinovasi secara mandiri. Karena bersifat pilihan yang diikuti secara
sukarela, program ini memiliki potensi untuk berkembang pesat sesuai dengan
intensitas kegiatan para peserta didik dan guru pembinanya, serta dukungan
sekolah. Namun demikian, tanpa pemrograman yang baik kegiatan ekstrakurikuler
bidang IPA dapat hanya menjadi program sesaat yang kemudian hilang, atau
program yang berjalan tanpa arah yang jelas sehingga tak dapat dilihat hasilnya
ataupun dilakukan evaluasinya.
Suatu program akan berhasil dilaksanakan jika pihak-pihak yang berwenang dan terkait saling berkoordinasi dengan baik. Untuk mengembangkan program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur, pihak-pihak yang perlu saling berkoordinasi dengan perannya masing-masing setidaknya adalah:
a. Kepala Sekolah, selaku pembuat kebijakan
arah pengelolaan sekolah. Kepala sekolah harus memiliki gambaran yang utuh
tentang potensi sumber daya sekolah yang mencakup sarana dan prasarana, staf
pengajar calon pembina, kondisi peserta didik dan wilayah sekitar sekolah.
Kepala sekolah juga harus memahami tantangan dan potensi hambatan dari program
ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan.
b. Peserta didik, selaku penerima layanan
program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur. Minat dan kemampuan
peserta didik harus menjadi dasar utama pengembangan program ekstrakurikuler,
baik sebagai latar belakang pemilihan kegiatan maupun target peningkatan
prestasinya, sehingga mencerminkan konsep murid merdeka.
c. Guru pembina, selaku penanggung jawab langsung
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang juga mengevaluasi pelaksanaan
program dan memberikan penilaian pada peserta didik yang mengikuti program
tersebut.
d. Personal-personal penting yang terkait di
lingkungan masyarakat atau institusi luar sekolah yang digunakan sebagai
fasilitas tambahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Salah
satu alternatif metode pengembangan program pengembangan program
ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur adalah menggunakan model perubahan
kolaboratif BAGJA. Tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif,
yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Inkuiri
apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri
apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu
organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui
pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam
suasana yang positif dan apresiatif.
B. DESKRIPSI
AKSI NYATA
Tahapan-tahapan BAGJA adalah upaya mewujudkan suatu
perubahan positif untuk kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah.
Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal-hal baik yang
ada pada diri anak dan lingkungan sekolah, mencari cara agar bagaimana hal
tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan
menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah
kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi
setiap individu dalam komunitas sekolah untuk mewujudkan murid merdeka belajar.
Tahapan BAGJA dapat digunakan untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang
berbasis sainspreneur, dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengembangan program
sciencepreneur bagi guru pembina ekstrakurikuler bidang IPA serta menumbuhkan
sikap merdeka belajar peserta didik, meningkatkan sikap ilmiah, memotivasi
peserta didik untuk berkompetisi di bidang IPA, dan memiliki cita-cita untuk
berkarir atau berwirausaha dengan memanfaatkan pengetahuan IPA. Tahapan BAGJA
untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur, yaitu :
1. B-uat pertanyaan : Bagaimana
cara untuk mengefektifkan program Ekstrkurikuler IPA dalam mewujudkan visi
murid merdeka? Apa tujuan program
ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur? Apa daya dukung yang dibutuhkan untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis
sainspreneur?
2. A-mbil pelajaran : Kepala
sekolah mendukung kepentingan terbaik untuk anak, guru-guru pembina
ekstrakurikuler IPA yang terbuka terhadap perubahan, ekstrakurikuler IPA
diminati oleh peserta didik, dan potensi sekolah yang mendukung pelaksanaan
ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur untuk mewujudkan visi murid merdeka.
3. G-ali mimpi : program
ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur memperkuat literasi sains,
peningkatan minat peserta didik dalam menekuni bidang IPA melalui kegiatan yang
memanfaatkan pemahaman sains untuk menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat,
peningkatan kecakapan abad 21 peserta didik dan terwujudnya murid merdeka dalam
mengembangkan kecakapan hidup (life skills).
4. J-abarkan rencana :
mengidentifikasi kekuatan yang menjadi potensi sekolah, menyusun, menerapkan,
menilai dan mengevaluasi program ekskul IPA yang sesuai dengan potensi yang
dimilki sekolah, melibatkan peran serta peserta didik melalui kesepkatan kelas
dalam menyusun program ekskul IPA berbasis sainspreneur, serta melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua, masyarakat dan dinas terkait)
dalam mengembangkan program ekskul
IPA berbasis sainspreneur.
5. A-tur eksekusi : Ibu Ayu Suciati mensosialisasikan dan memberikan pelatihan teknik penerapan dan evaluasi ekskul IPA berbasis sainspreneur kepada guru-guru pembina. Guru pembina ekskul IPA (Ibu Suryawati, Ibu Ayu Ariani, Bapak Derata) mengidentifikasi potensi yang menjadi keunggulan sekolah, dan menyusun program ekskul IPA berbasis sainspreneur. Peserta ekskul IPA memberikan kontribusinya dalam menyusun kesepakatan awal tentang program dan teknik pelaksanaan ekskul IPA berbasis sainspreneur yang menyenangkan. Kepala sekolah memfasilitasi kerjasama guru pembina ekskul IPA dengan orangtua, masyarakat atau dinas terkait untuk pengembangan program ekskul IPA berbasis sainspreneur.
C. HASIL
DARI AKSI NYATA
Pelaksanaan
ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur dilaksanakan secara daring. Langkah
awal yaitu melakukan sosialisasi dan pelatihan sederhana kepada rekan sejawat
(guru-guru pembina ekskul IPA) melalui zoom meeting tentang penyusunan program,
teknik pelaksanaan, evaluasi dan refleksi program ekskul IPA berbasis
sainspreneur. Guru-guru pembina ekskul sangat antusias dan bersemangat untuk
melaksanakan program ekskul baru ini, mereka berpendapat bahwa program ekskul
berbasis sainspreneur ini sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa, karena tujuan
utama dari program ini adalah berfokus pada murid merdeka dalam mengembangkan
segala potensinya dengan mengandalkan potensi lingkungan di sekitar mereka. Pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler Sciencepreneur Bidang IPA, dilakukan melalui tahapan:
1. Identifikasi
kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
2. Analisis sumber
daya yang diperlukan untuk penyelenggarannya;
3. Pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
4. Penyusunan
program kegiatan ekstrakurikuler; dan
5. Penetapan bentuk
kegiatan yang diselenggarakan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan
sosialisasi tentang program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur dengan
siswa peserta ekskul IPA melalui google classroom. Hal awal yang dilakukan
siswa adalah mengidentifikasi potensi lingkungan rumah dan lingkungan sekitar
mereka, kemudian mereka mengeksplor kreativitas mereka untuk membuat sebuah
produk sains yang bernilai jual berdasarkan potensi lingkungan sekitarnya.
Siswa sangat antusias dengan program ekskul ini, karena mereka merasa merdeka
dalam menentukan produk sains yang akan dibuat, merdeka dalam membuat lembar
kerja pembuatan produk sains tersebut, tentunya tetap berkolaborasi dengan
teman, guru pembina, orang tua dan masyarakat tempat tinggal mereka. Siswa
dilatih mengembangkan kemandiriannya, kreativitas dan tanggungjawabnya dalam
menghasilkan sebuah produk IPA yang bernilai sainspreneur. Kami yakin dengan
mendorong kemandirian peserta didik menghasilkan karya inovasi dan berinteraksi
dengan berbagai pihak di masyarakat lebih dari batasan kurikulum sekolah,
keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif
akan terbina dengan lebih intensif. Salah satu produk sains yang dihasilkan
siswa adalah larutan ekoenzym yang terbuat dari limbah organic seperti
buah-buahan dan sayur-sayuran. Ekoenzyme ini sangat bermanfaat untuk
menyuburkan tanaman dan sebagai larutan pestisida alami. Produk yang
menggunakan konsep sains ini sangat bernilai jual tinggi jika dipasarkan di
masyarakat sebagai pupuk cair dan pestisida alami.
D. PEMBELAJARAN
YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA
Pelaksanaan
program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur menemui sedikit kendala,
karena pelaksanaannya masih dilakukan secara daring. Banyak siswa yang masih
sedikt bingung untuk memunculkan ide mereka dalam menggali potensi lingkungan
sekitar mereka untuk dibuatkan sebuah produk IPA yang bernilai sainspreneur,
sehingga guru pembina harus lebih intens lagi membimbing dan menuntun mereka. Guru
pembina perlu memberikan sedikit pemahaman agar produk yang dihasilkan siswa
tidak keluar dari konsep sains. Hal yang bisa kita ambil pelajaran adalah jika
siswa diberikan pemahaman, kebebasan dan kemerdekaan dalam menghasilkan sebuah
produk sains sesuai potensi lingkungannya, maka hasil produk sains yang mereka
ciptakan sangat mengagumkan, bermanfaat dan bernilai jual tinggi.
Ekskul
IPA ini bersifat pilihan yang diikuti secara sukarela, maka program ini
memiliki potensi untuk berkembang pesat sesuai dengan intensitas kegiatan para
peserta didik dan guru pembinanya, serta dukungan sekolah. Namun demikian,
tanpa pemrograman yang baik kegiatan ekstrakurikuler bidang IPA dapat hanya
menjadi program sesaat yang kemudian hilang, atau program yang berjalan tanpa
arah yang jelas sehingga tak dapat dilihat hasilnya ataupun dilakukan
evaluasinya. Jadi penting bagi guru pembina ekskul IPA untuk melakukan
perencanaan dalam menyusun program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur
ini dengan baik, melalui penerapan konsep BAGJA yang menggunakan paradigma
inkuiry apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif yang dijalankan dalam suasana
yang positif dan apresiatif untuk menggali potensi peserta didik atau potensi
sekolah dalam mewujudkan murid merdeka dan berkarakter.
E. DOKUMENTASI
AKSI NYATA
Berikut adalah
foto sosialisasi dan pelatihan program ekskul IPA berbasis sainspreneur dengan
rekan sejawat melalui zoom meeting.
Berikut adalah
foto sosialisasi program ekskul IPA berbasis sainspreneur dengan siswa melalui
google classroom dan foto salah satu produk ekskul IPA yang bernilai
sainspreneur, yaitu berupa ekoenzim yang berasal dari fermentasi limbah dapur
organic (sayur dan buah), yang
bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan sebagai pestisida alami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar