Sabtu, 12 Desember 2020

RANCANGAN AKSI NYATA MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

RANCANGAN AKSI NYATA – BUDAYA POSITIF

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM BENTUK KESEPAKATAN KELAS UNTUK MEMBANGUN KEMERDEKAAN BELAJAR 


NI NYOMAN AYU SUCIATI

CGP-SMP NEGERI 1 KUTA UTARA

KAB. BADUNG BALI

 

 

PENDAHULUAN

Kelas merdeka belajar adalah kelas yang mempunyai komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri terhadap cara belajar dan melakukan refleksi terhadap proses dan capaian belajar. Jadi merdeka belajar itu jauh artinya dari pemahaman kebanyakan orang, bebas belajar. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru untuk membicarakan, menetapkan dan berkomitmen terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. Guru dan murid sama-sama sadar tujuan kehadiran mereka di ruang kelas. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam menentukan dan melakukan cara belajar mengacu pada tujuan, kondisi kelas, profil dan kebutuhan belajar murid. Ada beragam cara belajar yang sama efektifnya secara teori, namun secara praktis, cara-cara belajar tersebut penting untuk dibicarakan dan disepakati bersama. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses dan capaian belajar. Murid mendapat kesempatan untuk menilai capaiannya. Seberapa puas mereka dengan capaiannya? Apa cara belajar yang sudah efektif? Apa cara belajar yang masih perlu diperbaiki?. Kebiasaan melakukan refleksi akan melejitkan kemampuan belajar baik per individu murid maupun per kelas sebagai sistem sosial.

Di kelas merdeka belajar, setiap sudut pandang dirayakan, terlepas dari apapun peran yang diemban. Perspektif yang beragam, dipandang sebagai kekuatan, karena tanpa umpan balik yang berkesinambungan tidak mungkin proses refleksi bisa dilakukan. Kesepakatan, bukan peraturan. Menumbuhkan, bukan mengendalikan apalagi mematahkan. Memenuhi kebutuhan, meningkatkan kesiapan, dan memberikan tantangan akan menjadi keberhasilan. Semua sadar bahwa perubahan pada semua orang dan setiap pelajar adalah tanggungjawab diri. Bukan akuntabilitas yang muncul dari keinginan menguasai atau sebatas administrasi.

 

 

BUDAYA POSITIF

Sebagai seorang guru tentu saya ingin menerapkan budaya positif yang ada dikelas dengan tujuan menciptakan suasana kelas yang kondusif, membangun hubungan yang harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakinan, sikap, karakter, dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi sikap berpikir warga sekolah yang positif.

Berikut adalah Langkah-langkah yang akan saya lakukan dalam menerapkan budaya positif dikelas, 1) Pernyataan tujuan; 2) Melibatkan seluruh murid; 3) Menyusun perilaku yang diharapkan; 4) Mempertahankan perilaku yang diharapkan; 5) Melakukan refleksi rutin; dan 6) Memastikan konsekuensi dijalankan. Dari langkah-langkah pokok di atas, untuk selanjutnya perlu disusun bentuk kegiatannya, sehingga dapat memberdayakan seluruh peserta didik dalam mewujudkan perilaku atau kebiasaan positif di kelas.

Penerapan budaya positif di sekolah/kelas pasti menemukan tantangan dalam penerapannya, sehingga memerlukan kerjasama yang efektif dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Sebagai guru penggerak, tugas saya adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Jika di sekolah saya terdapat guru yang belum menerapkan budaya positif di kelasnya maka cara yang efektif untuk mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelasnya, yaitu :

  1. Menyatukan visi dengan guru tersebut untuk mendukung penerapan budaya positif di sekolah/kelas
  2. Menjalin komunikasi efektif dengan memberikan pemahaman tentang manfaat dan teknik dalam  menerapkan budaya positif di sekolah/kelas
  3. Memberikan pemahaman kepada guru tersebut tentang dampak negatif pemberian hukuman bagi perkembangan anak.
  4. Bekerjasama dengan guru tersebut untuk menerapkan budaya positif di kelas, salah satunya adalah dengan cara merapkan kesepakatan kelas. Saya berikan pemahaman bahwa kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai masalah disiplin. Kesepakatan kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai subjek pendidikan serta melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.

Dalam pembentukan budaya positif di sekolah,  yang perlu lebih banyak diterapkan, adalah displin. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin, sehingga nilai-nilai kepatuhan akan menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya, hal ini merupakan ciri dari penerapan disiplin positif.

Disiplin yang mantap pada anak hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadarannya. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama, atau disiplin yang statis. Cara menumbuhkan disiplin kepada murid yang bisa dilakukan di sekolah , yaitu : 1) mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak, 2) menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka , dan 3) memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama.

 

PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS

1.    Prinsip Kesepakatan Kelas

Tahun ajaran baru atau awal semester adalah awal yang baik dan kesempatan yang tepat untuk meneruskan kebiasaan baik dan membangun kebiasaan baru yang belum pernah/sempat dilakukan sebagai bagian dari refleksi bersama tahun ajaran/ semester sebelumya. Kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai masalah disiplin. Kesepakatan kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai subjek pendidikan serta melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.

Prinsip-prinsip kesepakatan kelas adalah sebagai berikut :

1.       Melibatkan semua pihak

Kelebihan dari kesepakatan kelas adalah sifat kepemilikannya. Saat semua pihak terlibat, tanggung jawab didorong dari dalam diri. Pastikan siswa/anak memahami tujuan dibuatnya kesepakatan kelas, yaitu panduan berperilaku baik dalam keseharian.

2.      Memuat nilai yang dianggap penting

Pastikan siswa/anak paham tentang pentingnya etika yang baik dalam setiap perbuatan yang dilakukan.

3.      Dipahami oleh semua pihak

Pastikan semua pihak mendapatkan kesempatan untuk merespons dan berperan aktif dalam pembuatan kesepakatan kelas. Hindari pembuatan kesepakatan sekadar untuk mendapatkan persetujuan.

4.      Singkat

Agar mudah diingat dan efektif dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas dibuat singkat. Kesepakatan kelas juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan fokus pada tindakan yang diharapkan.

5.      Dibuat tertulis dan mudah diakses sewaktu-waktu

Letakkan kesepakatan kelas di tempat yang mudah dilihat, seperti di dinding kelas, atau di depan pintu kelas. Bantuan visual atau berupa poster dapat memudahkan untuk mengingat dan lebih menarik untuk dibaca.

6.      Memuat konsekuensi atas pelanggaran

Tak jarang sebuah pelanggaran diikuti dengan konsekuensi alami bagi pelanggarnya, misal: merasa tidak nyaman sendiri, malu, dll. Sebelum menentukan sebuah konsekuensi, lihat situasinya apakah pelanggaran tersebut memerlukan konsekuensi tambahan. Hindari konsekuensi yang bersifat “hukuman”, misalnya: melibatkan fisik atau tidak menjaga harga diri siswa/anak. Hukuman tidak memberikan pengalaman belajar yang baik.

7.      Evaluasi berkala

Seiring tahap perkembangan anak dan perubahan situasi, diperlukan evaluasi atas kesepakatan kelas. Karena adanya kebutuhan yang bertambah/berkurang, evaluasi atas kesepakatan pun secara berkala mutlak dilakukan. Hal ini penting disebutkan di awal saat membuat kesepakatan agar semua pihak dapat berperan aktif seiring berjalannya penerapan kesepakatan.

 

2.  Langkah-langkah dalam menyusun kesepakatan kelas, yaitu :

1.       Menanyakan pendapat murid : guru mengijinkan murid untuk menyampaikan masalah yang dihadapi saat berada di kelas dan harapan kelas yang membuatnya nyaman.

2.      Menayakan ide dari murid untuk mencapai kelas impiannya (tentang gurunya, dan teman-teman di kelasnya) kemudian mereka menuliskan hasil idenya tersebut. Hal ini memberi kesempatan murid dilibatkan dalam mengatur kelas.

3.      Mengambil kesimpulan dari ide murid. Guru melakukan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid. Guru memperjelas tentang kesepakatan kelas.

4.      Mengubah ide menjadi kesepakatan kelas. Membuat kesepakatan kelas yang telah disetujui dalam bentuk poster. Ksepakatan kelas yang dibuat berupa panduan tingkah laku berupa kata yang positif, guru memberikan penekanan sifat positif pada kesepakatan kelas tersebut.

5.      Guru dan murid menandatangani kontrak kesepakatan.

6.      Guru dan murid melakukan refleksi dengan melihat bersama poster kontrak kesepakatan kelas. Lakukan evaluasi dengan menanyakan siswa terkait perkembangan aturan, dan menanyakan apakah ada hal yang perlu diubah atau diperbaiki dari kesepakatan kelas tersebut. Lakukan  refleksi secara berkala terutama saat awal tahun ajaran baru atau awal semester, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, dan ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang.

 

3.    Tindakan yang kita lakukan sebagai guru kepada murid dalam menyusun kesepakatan kelas.

·            Melakukan komunikasi yang tidak menekan namun mampu membuat murid merasa lebih dihargai, sehingga mereka nyaman dalam melakukan kesepakatan kelas, sehingga tujuan akhirnya adalah membuat mereka nyaman belajar dan menunjukkan perubahan dalam hal disiplin dan tanggung jawab.

·            Memahami anak bukan menghakimi karena anak butuh dimengerti dan dilindungi hak-haknya sebagai pribadi yang mandiri. Kesepakatan kelas yang bermula dari pengalaman dan empati menumbuhkan kesadaran dari dalam diri anak untuk menjadi lebih baik yang sangat berdampak terhadap kenyamanan dan kesuksesan belajar.

·            Dalam menyusun kesepkatan kelas, melibatkan partisipasi seluruh murid dalam berdiskusi, mendengarkan pendapat dan ide masing-masing anak, serta sudut pandang mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator jalannya diskusi yang memberi pemahaman tentang tujuan dibentuknya kesepakatan kelas, serta menjalankan evaluasi untuk memastikan semua menjalankan isi kesepkatan.

·            Menjadi contoh untuk konsisten dalam melaksanakan kesepakatan kelas. Konsekuensi yang disepakati bukan merupakan hukuman, tetapi lebih mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka.

·            Jika ada murid yang melanggar kesepakatan kelas nanti, guru harus mengetahui karakteristik setiap murid dan menanyakan apa yang menjadi alasan anak tersebut tidak mengikuti kesepakatan kelas, kemudian secara bersama-sama mencari solusinya. 

·            Menerapkan konsekuensi logis (tanpa hukuman, tanpa kekerasan fisik, tanpa kekeran verbal, dan tapa hadiah) yang diberikan disesuaikan dengan jenis pelanggaran anak terhadap kesepakatan kelas nanti.  Namun yang terpenting adalah bagaimana guru memahami alasan mengapa anak-anak melanggar suatu kesepakatan, apa motif di baliknya, apakah lingkungan sekitarnya mendukung anak melakukan suatu pelanggaran, dan berbagai faktor lainnya. Dengan mengetahui seluruh alasan anak secara komprehensif, guru dapat membantu anak memperbaiki tingkah lakunya, disesuaikan dengan kondisi anak.

·            Perubahan adalah proses yang sangat sulit dilakukan. Gagal adalah proses dari keberhasilan. Jika gagal, kita perbaiki dengan mencari solusi yang terbaik. Hasil perubahan tidak dapat terwujud secara instan. Guru hendaknya tidak terburu-buru memaksakan murid untuk mengikuti kesepakatan kelas, karena yakinlah jika komitmen kita jalankan dengan sungguh- sungguh kelak akan mendapatkan hasil positif berupa generasi yang berkarakter dan berbudi pekerti

 

 BERIKUT ADALAH RANCANGAN AKSI NYATA YANG AKAN SAYA TERAPKAN DI SEKOLAH





2 komentar: