RANCANGAN
AKSI NYATA – BUDAYA POSITIF
PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM BENTUK KESEPAKATAN KELAS UNTUK MEMBANGUN KEMERDEKAAN BELAJAR
NI NYOMAN AYU SUCIATI
CGP-SMP NEGERI 1 KUTA
UTARA
KAB. BADUNG BALI
PENDAHULUAN
Kelas merdeka belajar adalah kelas yang mempunyai
komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri terhadap cara belajar dan melakukan
refleksi terhadap proses dan capaian belajar. Jadi merdeka belajar itu jauh
artinya dari pemahaman kebanyakan orang, bebas belajar. Kelas Merdeka Belajar
melibatkan murid dan guru untuk membicarakan, menetapkan dan berkomitmen
terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. Guru dan murid sama-sama sadar
tujuan kehadiran mereka di ruang kelas. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid
dan guru dalam menentukan dan melakukan cara belajar mengacu pada tujuan,
kondisi kelas, profil dan kebutuhan belajar murid. Ada beragam cara belajar
yang sama efektifnya secara teori, namun secara praktis, cara-cara belajar tersebut
penting untuk dibicarakan dan disepakati bersama. Kelas Merdeka Belajar
melibatkan murid dan guru dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses
dan capaian belajar. Murid mendapat kesempatan untuk menilai capaiannya.
Seberapa puas mereka dengan capaiannya? Apa cara belajar yang sudah efektif?
Apa cara belajar yang masih perlu diperbaiki?. Kebiasaan melakukan refleksi
akan melejitkan kemampuan belajar baik per individu murid maupun per kelas
sebagai sistem sosial.
Di kelas merdeka belajar, setiap sudut pandang
dirayakan, terlepas dari apapun peran yang diemban. Perspektif yang beragam,
dipandang sebagai kekuatan, karena tanpa umpan balik yang berkesinambungan
tidak mungkin proses refleksi bisa dilakukan. Kesepakatan, bukan peraturan.
Menumbuhkan, bukan mengendalikan apalagi mematahkan. Memenuhi kebutuhan,
meningkatkan kesiapan, dan memberikan tantangan akan menjadi keberhasilan.
Semua sadar bahwa perubahan pada semua orang dan setiap pelajar adalah
tanggungjawab diri. Bukan akuntabilitas yang muncul dari keinginan menguasai
atau sebatas administrasi.
BUDAYA POSITIF
Sebagai seorang guru tentu saya ingin menerapkan budaya positif yang ada
dikelas dengan tujuan menciptakan suasana kelas yang kondusif, membangun
hubungan yang harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakinan, sikap,
karakter, dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi sikap berpikir warga
sekolah yang positif.
Berikut adalah Langkah-langkah yang akan saya
lakukan dalam menerapkan budaya positif dikelas, 1) Pernyataan tujuan; 2)
Melibatkan seluruh murid; 3) Menyusun perilaku yang diharapkan; 4)
Mempertahankan perilaku yang diharapkan; 5) Melakukan refleksi rutin; dan 6)
Memastikan konsekuensi dijalankan. Dari langkah-langkah pokok di atas, untuk
selanjutnya perlu disusun bentuk kegiatannya, sehingga dapat memberdayakan
seluruh peserta didik dalam mewujudkan perilaku atau kebiasaan positif di
kelas.
Penerapan budaya positif di sekolah/kelas pasti
menemukan tantangan dalam penerapannya, sehingga memerlukan kerjasama yang
efektif dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Sebagai guru penggerak,
tugas saya adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang
murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya
untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta
menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan
profil Pelajar Pancasila. Jika di sekolah saya terdapat guru yang belum
menerapkan budaya positif di kelasnya maka cara yang efektif untuk mengajak
guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelasnya, yaitu :
- Menyatukan visi
dengan guru tersebut untuk mendukung penerapan budaya positif di
sekolah/kelas
- Menjalin komunikasi
efektif dengan memberikan pemahaman tentang manfaat dan teknik dalam
menerapkan budaya positif di sekolah/kelas
- Memberikan
pemahaman kepada guru tersebut tentang dampak negatif pemberian hukuman
bagi perkembangan anak.
- Bekerjasama dengan
guru tersebut untuk menerapkan budaya positif di kelas, salah satunya
adalah dengan cara merapkan kesepakatan kelas. Saya berikan pemahaman
bahwa kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai masalah
disiplin. Kesepakatan kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai
subjek pendidikan serta melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen
yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus
belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab
terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.
Dalam pembentukan budaya positif di sekolah, yang perlu lebih
banyak diterapkan, adalah displin. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang
seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak
sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seorang yang
berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang
dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani
dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin, sehingga nilai-nilai kepatuhan akan
menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya, hal ini merupakan ciri dari
penerapan disiplin positif.
Disiplin yang mantap pada anak hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari
hasil kesadarannya. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran
hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama,
atau disiplin yang statis. Cara menumbuhkan disiplin kepada murid yang
bisa dilakukan di sekolah , yaitu : 1) mengenali karakter, keunikan dan
kebutuhan setiap anak, 2) menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan
mereka , dan 3) memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama.
PENYUSUNAN KESEPAKATAN
KELAS
1. Prinsip Kesepakatan Kelas
Tahun
ajaran baru atau awal semester adalah awal yang baik dan kesempatan yang tepat
untuk meneruskan kebiasaan baik dan membangun kebiasaan baru yang belum
pernah/sempat dilakukan sebagai bagian dari refleksi bersama tahun ajaran/
semester sebelumya. Kesepakatan adalah cara yang efektif
untuk mencegah berbagai masalah disiplin. Kesepakatan
kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai subjek pendidikan serta
melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus belajar tentang
nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan
yang mereka buat sendiri.
Prinsip-prinsip
kesepakatan kelas adalah sebagai berikut :
1. Melibatkan semua pihak
Kelebihan dari
kesepakatan kelas adalah sifat kepemilikannya. Saat semua pihak terlibat,
tanggung jawab didorong dari dalam diri. Pastikan siswa/anak memahami tujuan
dibuatnya kesepakatan kelas, yaitu panduan berperilaku baik dalam keseharian.
2. Memuat nilai yang dianggap penting
Pastikan siswa/anak paham
tentang pentingnya etika yang baik dalam setiap perbuatan yang dilakukan.
3. Dipahami oleh semua pihak
Pastikan semua pihak
mendapatkan kesempatan untuk merespons dan berperan aktif dalam pembuatan
kesepakatan kelas. Hindari pembuatan kesepakatan sekadar untuk mendapatkan
persetujuan.
4. Singkat
Agar mudah diingat dan
efektif dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas dibuat singkat. Kesepakatan kelas juga menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti anak dan fokus pada tindakan yang diharapkan.
5. Dibuat tertulis dan mudah diakses sewaktu-waktu
Letakkan kesepakatan
kelas di tempat yang mudah dilihat, seperti di dinding kelas, atau di depan
pintu kelas. Bantuan visual atau berupa poster dapat memudahkan untuk mengingat
dan lebih menarik untuk dibaca.
6. Memuat konsekuensi atas pelanggaran
Tak jarang sebuah
pelanggaran diikuti dengan konsekuensi alami bagi pelanggarnya, misal: merasa
tidak nyaman sendiri, malu, dll. Sebelum menentukan sebuah konsekuensi, lihat
situasinya apakah pelanggaran tersebut memerlukan konsekuensi tambahan. Hindari
konsekuensi yang bersifat “hukuman”, misalnya: melibatkan fisik atau tidak
menjaga harga diri siswa/anak. Hukuman tidak memberikan pengalaman belajar yang
baik.
7. Evaluasi berkala
Seiring tahap
perkembangan anak dan perubahan situasi, diperlukan evaluasi atas kesepakatan
kelas. Karena adanya kebutuhan yang bertambah/berkurang, evaluasi atas
kesepakatan pun secara berkala mutlak dilakukan. Hal ini penting disebutkan di
awal saat membuat kesepakatan agar semua pihak dapat berperan aktif seiring
berjalannya penerapan kesepakatan.
2. Langkah-langkah dalam
menyusun kesepakatan kelas, yaitu :
1. Menanyakan pendapat murid : guru mengijinkan murid
untuk menyampaikan masalah yang dihadapi saat berada di kelas dan harapan kelas
yang membuatnya nyaman.
2. Menayakan ide dari murid untuk mencapai kelas
impiannya (tentang gurunya, dan teman-teman di kelasnya) kemudian mereka
menuliskan hasil idenya tersebut. Hal ini memberi kesempatan murid dilibatkan
dalam mengatur kelas.
3. Mengambil kesimpulan dari ide murid. Guru melakukan
diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid. Guru memperjelas tentang
kesepakatan kelas.
4. Mengubah ide menjadi kesepakatan kelas. Membuat kesepakatan
kelas yang telah disetujui dalam bentuk poster. Ksepakatan kelas yang dibuat
berupa panduan tingkah laku berupa kata yang positif, guru memberikan penekanan
sifat positif pada kesepakatan kelas tersebut.
5. Guru dan murid menandatangani kontrak kesepakatan.
6. Guru dan murid melakukan refleksi dengan melihat
bersama poster kontrak kesepakatan kelas. Lakukan evaluasi dengan menanyakan
siswa terkait perkembangan aturan, dan menanyakan apakah ada hal yang perlu
diubah atau diperbaiki dari kesepakatan kelas tersebut. Lakukan refleksi secara berkala terutama saat awal
tahun ajaran baru atau awal semester, saat ada murid yang melakukan hal yang
tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, dan ketika awal
masuk sekolah setelah libur panjang.
3. Tindakan yang kita lakukan sebagai guru kepada
murid dalam menyusun kesepakatan kelas.
·
Melakukan komunikasi
yang tidak menekan namun mampu membuat murid merasa lebih dihargai, sehingga
mereka nyaman dalam melakukan kesepakatan kelas, sehingga tujuan akhirnya
adalah membuat mereka nyaman belajar dan menunjukkan perubahan dalam hal
disiplin dan tanggung jawab.
·
Memahami anak bukan
menghakimi karena anak butuh dimengerti dan dilindungi hak-haknya sebagai
pribadi yang mandiri. Kesepakatan kelas yang bermula dari pengalaman dan empati
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri anak untuk menjadi lebih baik yang sangat
berdampak terhadap kenyamanan dan kesuksesan belajar.
·
Dalam menyusun
kesepkatan kelas, melibatkan partisipasi seluruh murid dalam berdiskusi, mendengarkan
pendapat dan ide masing-masing anak, serta sudut pandang mereka. Guru bertindak
sebagai fasilitator jalannya diskusi yang memberi pemahaman tentang tujuan
dibentuknya kesepakatan kelas, serta menjalankan evaluasi untuk memastikan
semua menjalankan isi kesepkatan.
·
Menjadi contoh untuk
konsisten dalam melaksanakan kesepakatan kelas. Konsekuensi yang disepakati
bukan merupakan hukuman, tetapi lebih mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi
dari perilaku mereka.
·
Jika ada murid yang
melanggar kesepakatan kelas nanti, guru harus mengetahui karakteristik setiap
murid dan menanyakan apa yang menjadi alasan anak tersebut tidak mengikuti
kesepakatan kelas, kemudian secara bersama-sama mencari solusinya.
·
Menerapkan konsekuensi logis
(tanpa hukuman, tanpa kekerasan fisik, tanpa kekeran verbal, dan tapa hadiah) yang
diberikan disesuaikan dengan jenis pelanggaran anak terhadap kesepakatan kelas
nanti. Namun yang terpenting adalah
bagaimana guru memahami alasan mengapa anak-anak melanggar suatu kesepakatan,
apa motif di baliknya, apakah lingkungan sekitarnya mendukung anak melakukan
suatu pelanggaran, dan berbagai faktor lainnya. Dengan mengetahui seluruh
alasan anak secara komprehensif, guru dapat membantu anak memperbaiki tingkah
lakunya, disesuaikan dengan kondisi anak.
·
Perubahan adalah proses
yang sangat sulit dilakukan. Gagal adalah proses dari keberhasilan. Jika gagal,
kita perbaiki dengan mencari solusi yang terbaik. Hasil perubahan tidak dapat
terwujud secara instan. Guru hendaknya tidak terburu-buru memaksakan murid
untuk mengikuti kesepakatan kelas, karena yakinlah jika komitmen kita jalankan
dengan sungguh- sungguh kelak akan mendapatkan hasil positif berupa generasi
yang berkarakter dan berbudi pekerti
BERIKUT ADALAH RANCANGAN AKSI NYATA YANG AKAN SAYA TERAPKAN DI SEKOLAH