Sabtu, 12 Desember 2020

RANCANGAN AKSI NYATA MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

RANCANGAN AKSI NYATA – BUDAYA POSITIF

PENERAPAN BUDAYA POSITIF DALAM BENTUK KESEPAKATAN KELAS UNTUK MEMBANGUN KEMERDEKAAN BELAJAR 


NI NYOMAN AYU SUCIATI

CGP-SMP NEGERI 1 KUTA UTARA

KAB. BADUNG BALI

 

 

PENDAHULUAN

Kelas merdeka belajar adalah kelas yang mempunyai komitmen terhadap tujuan belajar, mandiri terhadap cara belajar dan melakukan refleksi terhadap proses dan capaian belajar. Jadi merdeka belajar itu jauh artinya dari pemahaman kebanyakan orang, bebas belajar. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru untuk membicarakan, menetapkan dan berkomitmen terhadap tujuan belajar yang ingin dicapai. Guru dan murid sama-sama sadar tujuan kehadiran mereka di ruang kelas. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam menentukan dan melakukan cara belajar mengacu pada tujuan, kondisi kelas, profil dan kebutuhan belajar murid. Ada beragam cara belajar yang sama efektifnya secara teori, namun secara praktis, cara-cara belajar tersebut penting untuk dibicarakan dan disepakati bersama. Kelas Merdeka Belajar melibatkan murid dan guru dalam melakukan refleksi dan evaluasi terhadap proses dan capaian belajar. Murid mendapat kesempatan untuk menilai capaiannya. Seberapa puas mereka dengan capaiannya? Apa cara belajar yang sudah efektif? Apa cara belajar yang masih perlu diperbaiki?. Kebiasaan melakukan refleksi akan melejitkan kemampuan belajar baik per individu murid maupun per kelas sebagai sistem sosial.

Di kelas merdeka belajar, setiap sudut pandang dirayakan, terlepas dari apapun peran yang diemban. Perspektif yang beragam, dipandang sebagai kekuatan, karena tanpa umpan balik yang berkesinambungan tidak mungkin proses refleksi bisa dilakukan. Kesepakatan, bukan peraturan. Menumbuhkan, bukan mengendalikan apalagi mematahkan. Memenuhi kebutuhan, meningkatkan kesiapan, dan memberikan tantangan akan menjadi keberhasilan. Semua sadar bahwa perubahan pada semua orang dan setiap pelajar adalah tanggungjawab diri. Bukan akuntabilitas yang muncul dari keinginan menguasai atau sebatas administrasi.

 

 

BUDAYA POSITIF

Sebagai seorang guru tentu saya ingin menerapkan budaya positif yang ada dikelas dengan tujuan menciptakan suasana kelas yang kondusif, membangun hubungan yang harmonis untuk menunjang terbentuknya norma, keyakinan, sikap, karakter, dan motif berprestasi sehingga tumbuh menjadi sikap berpikir warga sekolah yang positif.

Berikut adalah Langkah-langkah yang akan saya lakukan dalam menerapkan budaya positif dikelas, 1) Pernyataan tujuan; 2) Melibatkan seluruh murid; 3) Menyusun perilaku yang diharapkan; 4) Mempertahankan perilaku yang diharapkan; 5) Melakukan refleksi rutin; dan 6) Memastikan konsekuensi dijalankan. Dari langkah-langkah pokok di atas, untuk selanjutnya perlu disusun bentuk kegiatannya, sehingga dapat memberdayakan seluruh peserta didik dalam mewujudkan perilaku atau kebiasaan positif di kelas.

Penerapan budaya positif di sekolah/kelas pasti menemukan tantangan dalam penerapannya, sehingga memerlukan kerjasama yang efektif dengan seluruh pemangku kepentingan pendidikan. Sebagai guru penggerak, tugas saya adalah sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Jika di sekolah saya terdapat guru yang belum menerapkan budaya positif di kelasnya maka cara yang efektif untuk mengajak guru tersebut untuk menerapkan Budaya Positif di kelasnya, yaitu :

  1. Menyatukan visi dengan guru tersebut untuk mendukung penerapan budaya positif di sekolah/kelas
  2. Menjalin komunikasi efektif dengan memberikan pemahaman tentang manfaat dan teknik dalam  menerapkan budaya positif di sekolah/kelas
  3. Memberikan pemahaman kepada guru tersebut tentang dampak negatif pemberian hukuman bagi perkembangan anak.
  4. Bekerjasama dengan guru tersebut untuk menerapkan budaya positif di kelas, salah satunya adalah dengan cara merapkan kesepakatan kelas. Saya berikan pemahaman bahwa kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai masalah disiplin. Kesepakatan kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai subjek pendidikan serta melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.

Dalam pembentukan budaya positif di sekolah,  yang perlu lebih banyak diterapkan, adalah displin. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin, sehingga nilai-nilai kepatuhan akan menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya, hal ini merupakan ciri dari penerapan disiplin positif.

Disiplin yang mantap pada anak hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadarannya. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama, atau disiplin yang statis. Cara menumbuhkan disiplin kepada murid yang bisa dilakukan di sekolah , yaitu : 1) mengenali karakter, keunikan dan kebutuhan setiap anak, 2) menghargai ide/gagasan/ inisiatif/kebutuhan mereka , dan 3) memfasilitasinya dengan menemukan sebuah kesepakatan bersama.

 

PENYUSUNAN KESEPAKATAN KELAS

1.    Prinsip Kesepakatan Kelas

Tahun ajaran baru atau awal semester adalah awal yang baik dan kesempatan yang tepat untuk meneruskan kebiasaan baik dan membangun kebiasaan baru yang belum pernah/sempat dilakukan sebagai bagian dari refleksi bersama tahun ajaran/ semester sebelumya. Kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai masalah disiplin. Kesepakatan kelas adalah usaha mengembalikan peran anak sebagai subjek pendidikan serta melatih anak bertanggung jawab terhadap komitmen yang mereka sepakati sendiri. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggung jawab terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri.

Prinsip-prinsip kesepakatan kelas adalah sebagai berikut :

1.       Melibatkan semua pihak

Kelebihan dari kesepakatan kelas adalah sifat kepemilikannya. Saat semua pihak terlibat, tanggung jawab didorong dari dalam diri. Pastikan siswa/anak memahami tujuan dibuatnya kesepakatan kelas, yaitu panduan berperilaku baik dalam keseharian.

2.      Memuat nilai yang dianggap penting

Pastikan siswa/anak paham tentang pentingnya etika yang baik dalam setiap perbuatan yang dilakukan.

3.      Dipahami oleh semua pihak

Pastikan semua pihak mendapatkan kesempatan untuk merespons dan berperan aktif dalam pembuatan kesepakatan kelas. Hindari pembuatan kesepakatan sekadar untuk mendapatkan persetujuan.

4.      Singkat

Agar mudah diingat dan efektif dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas dibuat singkat. Kesepakatan kelas juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan fokus pada tindakan yang diharapkan.

5.      Dibuat tertulis dan mudah diakses sewaktu-waktu

Letakkan kesepakatan kelas di tempat yang mudah dilihat, seperti di dinding kelas, atau di depan pintu kelas. Bantuan visual atau berupa poster dapat memudahkan untuk mengingat dan lebih menarik untuk dibaca.

6.      Memuat konsekuensi atas pelanggaran

Tak jarang sebuah pelanggaran diikuti dengan konsekuensi alami bagi pelanggarnya, misal: merasa tidak nyaman sendiri, malu, dll. Sebelum menentukan sebuah konsekuensi, lihat situasinya apakah pelanggaran tersebut memerlukan konsekuensi tambahan. Hindari konsekuensi yang bersifat “hukuman”, misalnya: melibatkan fisik atau tidak menjaga harga diri siswa/anak. Hukuman tidak memberikan pengalaman belajar yang baik.

7.      Evaluasi berkala

Seiring tahap perkembangan anak dan perubahan situasi, diperlukan evaluasi atas kesepakatan kelas. Karena adanya kebutuhan yang bertambah/berkurang, evaluasi atas kesepakatan pun secara berkala mutlak dilakukan. Hal ini penting disebutkan di awal saat membuat kesepakatan agar semua pihak dapat berperan aktif seiring berjalannya penerapan kesepakatan.

 

2.  Langkah-langkah dalam menyusun kesepakatan kelas, yaitu :

1.       Menanyakan pendapat murid : guru mengijinkan murid untuk menyampaikan masalah yang dihadapi saat berada di kelas dan harapan kelas yang membuatnya nyaman.

2.      Menayakan ide dari murid untuk mencapai kelas impiannya (tentang gurunya, dan teman-teman di kelasnya) kemudian mereka menuliskan hasil idenya tersebut. Hal ini memberi kesempatan murid dilibatkan dalam mengatur kelas.

3.      Mengambil kesimpulan dari ide murid. Guru melakukan diskusi untuk mendapatkan umpan balik dari murid. Guru memperjelas tentang kesepakatan kelas.

4.      Mengubah ide menjadi kesepakatan kelas. Membuat kesepakatan kelas yang telah disetujui dalam bentuk poster. Ksepakatan kelas yang dibuat berupa panduan tingkah laku berupa kata yang positif, guru memberikan penekanan sifat positif pada kesepakatan kelas tersebut.

5.      Guru dan murid menandatangani kontrak kesepakatan.

6.      Guru dan murid melakukan refleksi dengan melihat bersama poster kontrak kesepakatan kelas. Lakukan evaluasi dengan menanyakan siswa terkait perkembangan aturan, dan menanyakan apakah ada hal yang perlu diubah atau diperbaiki dari kesepakatan kelas tersebut. Lakukan  refleksi secara berkala terutama saat awal tahun ajaran baru atau awal semester, saat ada murid yang melakukan hal yang tidak sesuai kesepakatan, sebelum menjalankan aktivitas baru, dan ketika awal masuk sekolah setelah libur panjang.

 

3.    Tindakan yang kita lakukan sebagai guru kepada murid dalam menyusun kesepakatan kelas.

·            Melakukan komunikasi yang tidak menekan namun mampu membuat murid merasa lebih dihargai, sehingga mereka nyaman dalam melakukan kesepakatan kelas, sehingga tujuan akhirnya adalah membuat mereka nyaman belajar dan menunjukkan perubahan dalam hal disiplin dan tanggung jawab.

·            Memahami anak bukan menghakimi karena anak butuh dimengerti dan dilindungi hak-haknya sebagai pribadi yang mandiri. Kesepakatan kelas yang bermula dari pengalaman dan empati menumbuhkan kesadaran dari dalam diri anak untuk menjadi lebih baik yang sangat berdampak terhadap kenyamanan dan kesuksesan belajar.

·            Dalam menyusun kesepkatan kelas, melibatkan partisipasi seluruh murid dalam berdiskusi, mendengarkan pendapat dan ide masing-masing anak, serta sudut pandang mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator jalannya diskusi yang memberi pemahaman tentang tujuan dibentuknya kesepakatan kelas, serta menjalankan evaluasi untuk memastikan semua menjalankan isi kesepkatan.

·            Menjadi contoh untuk konsisten dalam melaksanakan kesepakatan kelas. Konsekuensi yang disepakati bukan merupakan hukuman, tetapi lebih mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi dari perilaku mereka.

·            Jika ada murid yang melanggar kesepakatan kelas nanti, guru harus mengetahui karakteristik setiap murid dan menanyakan apa yang menjadi alasan anak tersebut tidak mengikuti kesepakatan kelas, kemudian secara bersama-sama mencari solusinya. 

·            Menerapkan konsekuensi logis (tanpa hukuman, tanpa kekerasan fisik, tanpa kekeran verbal, dan tapa hadiah) yang diberikan disesuaikan dengan jenis pelanggaran anak terhadap kesepakatan kelas nanti.  Namun yang terpenting adalah bagaimana guru memahami alasan mengapa anak-anak melanggar suatu kesepakatan, apa motif di baliknya, apakah lingkungan sekitarnya mendukung anak melakukan suatu pelanggaran, dan berbagai faktor lainnya. Dengan mengetahui seluruh alasan anak secara komprehensif, guru dapat membantu anak memperbaiki tingkah lakunya, disesuaikan dengan kondisi anak.

·            Perubahan adalah proses yang sangat sulit dilakukan. Gagal adalah proses dari keberhasilan. Jika gagal, kita perbaiki dengan mencari solusi yang terbaik. Hasil perubahan tidak dapat terwujud secara instan. Guru hendaknya tidak terburu-buru memaksakan murid untuk mengikuti kesepakatan kelas, karena yakinlah jika komitmen kita jalankan dengan sungguh- sungguh kelak akan mendapatkan hasil positif berupa generasi yang berkarakter dan berbudi pekerti

 

 BERIKUT ADALAH RANCANGAN AKSI NYATA YANG AKAN SAYA TERAPKAN DI SEKOLAH





Selasa, 01 Desember 2020

ARTIKEL AKSI NYATA MODUL MODUL 1.3

 

ARTIKEL AKSI NYATA

“PENGEMBANGAN PROGRAM SCIENCEPRENEUR EKSTRAKURIKULER IPA MELALUI PENERAPAN KONSEP BAGJA UNTUK MEWUJUDKAN VISI MURID MERDEKA”

PGP-1-KABUPATEN BADUNG-NI NYOMAN AYU SUCIATI-1.3-AKSI NYATA

 

A.  LATAR BELAKANG

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan, salah satunya adalah ekstrakurikuler bidang IPA, merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik. Ciri khas ekstrakurikuler bidang IPA adalah keterkaitan setiap kegiatan dengan literasi terhadap pengetahuan alam dan keterampilan proses sains. Bentuk ekstrakurikuler Bidang IPA dapat diarahkan pada beragam kegiatan yang memanfaatkan pemahaman sains untuk menghasilkan karya yang inovatif, bermanfaat dan mengembangkan kecakapan hidup (life skills) peserta didik. Oleh karena itu, program ekstrakurikuler IPA dapat disebut sebagai upaya pengembangan semangat wirausaha berbasis sains (sciencepreneurship). Dengan semangat tersebut, peserta didik diharapkan memiliki sikap ilmiah, termotivasi untuk berkompetisi di bidang IPA, dan memiliki cita-cita untuk berkarir atau berwirausaha dengan memanfaatkan pengetahuan IPA. Hal-hal tersebut merupakan dampak positif jangka pendek dan jangka panjang yang diharapkan muncul dari program ekstrakurikuler bidang IPA.

Guru yang ditunjuk sebagai pembina ekstrakurikuler bidang IPA diharapkan juga memiliki sciencepreneurship untuk menyusun, menerapkan, menilai dan mengevaluasi program ekstrakurikuler bidang IPA yang sesuai dengan potensi yang dimiliki sekolah. Guru IPA sebagai pembina dan pengembang bidang IPA di SMP dapat memilih salah satu bentuk program ekstrakurikuler sciencepreneur baik bentuk Karya Ilmiah yang menghasilkan produk karya tulis hasil penelitian atau pengembangan produk tepat guna. Sebagai pendukung kegiatan kurikuler, peserta didik dalam ekstrakurikuler sciencepreneur juga harus jelas menguraikan prinsip-prinsip IPA yang diterapkan. Sesuai dengan makna sciencepreneurship, seluruh atau sebagaian besar proses pelaksanaan kegiatan harus berdasarkan inovasi peserta didik dan mampu dilaksanakan oleh peserta didik secara mandiri. Hasil dari kegiatan ekstrakurikuler sciencepreneur bersifat tepat guna, bukan hanya sekedar kerajinan yang bernilai estetika semata, atau bersifat sementara. Produk yang dihasilkan harus bermanfaat sesuai kebutuhan, memenuhi kaidah ekonomis (memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal), berdaya pakai tinggi dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan (sustainable).

Program sciencepreneur ekstrakurikuler IPA juga dikembangkan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan penting yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global dunia modern. Pembelajaran IPA yang telah menerapkan model inkuiri dan mengintegrasikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dapat lebih dieksplorasi dalam wadah ekstrakurikuler sciencepreneur. Selain itu, dengan mendorong kemandirian peserta didik menghasilkan karya inovasi dan berinteraksi dengan berbagai pihak di masyarakat lebih dari batasan kurikulum sekolah, keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif akan terbina dengan lebih intensif.

Berdasarkan Panduan Teknis Ekstrakurikuler Tingkat SMP dari Direktorat Pembinaan SMP tahun 2014, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler pilihan, termasuk Ekstrakurikuler Sciencepreneur Bidang IPA, dilakukan melalui tahapan:

1. Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;

2. Analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggarannya;

3. Pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;

4. Penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler; dan

5. Penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan.

Dengan demikian, untuk menghasilkan program kegiatan ekstrakurikuler mencapai tujuan menyalurkan minat dan mengembangkan potensi siswa, pihak sekolah harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dan analisis kebutuhan peserta didik dan daya dukung sekolah.

Sebagai ekstrakurikuler pilihan, bentuk program ekstrakurikuler sciencepreneur dapat memiliki karakter dan tujuan yang berbeda untuk tiap sekolah. Akan lebih baik lagi jika ekstrakurikuler sciencepreneur dapat dijadikan unggulan berdasarkan potensi yang unggulan sekolah masing-masing. Sebagai contoh, sekolah yang dekat dengan laut dan sentra industri hasil laut dapat memperkuat keunggulan peserta didiknya dalam mengambil manfaat dari laut. Demikian juga sekolah yang dekat dengan wilayah pertanian, hutan lindung, sentra kerajinan dan lainnya, masing-masing dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk memperkuat ciri khas ekstrakurikuler sciencepreneur-nya.

Inti dari program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur adalah pemanfaatan pengetahuan dan pemahaman IPA dalam kegiatan sukarela dengan semangat berinovasi secara mandiri. Karena bersifat pilihan yang diikuti secara sukarela, program ini memiliki potensi untuk berkembang pesat sesuai dengan intensitas kegiatan para peserta didik dan guru pembinanya, serta dukungan sekolah. Namun demikian, tanpa pemrograman yang baik kegiatan ekstrakurikuler bidang IPA dapat hanya menjadi program sesaat yang kemudian hilang, atau program yang berjalan tanpa arah yang jelas sehingga tak dapat dilihat hasilnya ataupun dilakukan evaluasinya.

Suatu program akan berhasil dilaksanakan jika pihak-pihak yang berwenang dan terkait saling berkoordinasi dengan baik. Untuk mengembangkan program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur, pihak-pihak yang perlu saling berkoordinasi dengan perannya masing-masing setidaknya adalah:

a.     Kepala Sekolah, selaku pembuat kebijakan arah pengelolaan sekolah. Kepala sekolah harus memiliki gambaran yang utuh tentang potensi sumber daya sekolah yang mencakup sarana dan prasarana, staf pengajar calon pembina, kondisi peserta didik dan wilayah sekitar sekolah. Kepala sekolah juga harus memahami tantangan dan potensi hambatan dari program ekstrakurikuler yang akan dilaksanakan.

b.    Peserta didik, selaku penerima layanan program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur. Minat dan kemampuan peserta didik harus menjadi dasar utama pengembangan program ekstrakurikuler, baik sebagai latar belakang pemilihan kegiatan maupun target peningkatan prestasinya, sehingga mencerminkan konsep murid merdeka.

c.     Guru pembina, selaku penanggung jawab langsung penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang juga mengevaluasi pelaksanaan program dan memberikan penilaian pada peserta didik yang mengikuti program tersebut.

d.    Personal-personal penting yang terkait di lingkungan masyarakat atau institusi luar sekolah yang digunakan sebagai fasilitas tambahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

Salah satu alternatif metode pengembangan program pengembangan program ekstrakurikuler bidang IPA berbasis sciencepreneur adalah menggunakan model perubahan kolaboratif BAGJA. Tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan. Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif.

 

B.   DESKRIPSI AKSI NYATA

Tahapan-tahapan BAGJA adalah upaya mewujudkan suatu perubahan positif untuk kemajuan sekolah yang selaras dengan visi sekolah. Melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu, mengidentifikasi hal-hal baik yang ada pada diri anak dan lingkungan sekolah, mencari cara agar bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, sehingga kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak relevan. Berpijak dari hal positif tersebut, sekolah kemudian menyelaraskan hal positif atau kekuatan dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas sekolah untuk mewujudkan murid merdeka belajar. Tahapan BAGJA dapat digunakan untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur, dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pengembangan program sciencepreneur bagi guru pembina ekstrakurikuler bidang IPA serta menumbuhkan sikap merdeka belajar peserta didik, meningkatkan sikap ilmiah, memotivasi peserta didik untuk berkompetisi di bidang IPA, dan memiliki cita-cita untuk berkarir atau berwirausaha dengan memanfaatkan pengetahuan IPA. Tahapan BAGJA untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur, yaitu :

1.      B-uat pertanyaan : Bagaimana cara untuk mengefektifkan program Ekstrkurikuler IPA dalam mewujudkan visi murid merdeka? Apa tujuan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur? Apa daya dukung yang dibutuhkan untuk mewujudkan program ekstrakurikuler IPA yang berbasis sainspreneur?

2.     A-mbil pelajaran : Kepala sekolah mendukung kepentingan terbaik untuk anak, guru-guru pembina ekstrakurikuler IPA yang terbuka terhadap perubahan, ekstrakurikuler IPA diminati oleh peserta didik, dan potensi sekolah yang mendukung pelaksanaan ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur untuk mewujudkan visi murid merdeka.

3.     G-ali mimpi : program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur memperkuat literasi sains, peningkatan minat peserta didik dalam menekuni bidang IPA melalui kegiatan yang memanfaatkan pemahaman sains untuk menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat, peningkatan kecakapan abad 21 peserta didik dan terwujudnya murid merdeka dalam mengembangkan kecakapan hidup (life skills).

4.     J-abarkan rencana : mengidentifikasi kekuatan yang menjadi potensi sekolah, menyusun, menerapkan, menilai dan mengevaluasi program ekskul IPA yang sesuai dengan potensi yang dimilki sekolah, melibatkan peran serta peserta didik melalui kesepkatan kelas dalam menyusun program ekskul IPA berbasis sainspreneur, serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan (kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat dan dinas terkait)  dalam mengembangkan program ekskul  IPA berbasis sainspreneur.

5.     A-tur eksekusi : Ibu Ayu Suciati mensosialisasikan dan memberikan pelatihan teknik penerapan dan evaluasi ekskul IPA berbasis sainspreneur kepada guru-guru pembina.  Guru pembina ekskul IPA (Ibu Suryawati, Ibu Ayu Ariani, Bapak Derata) mengidentifikasi potensi yang menjadi keunggulan sekolah, dan menyusun program ekskul IPA berbasis sainspreneur.  Peserta ekskul IPA memberikan kontribusinya dalam menyusun kesepakatan awal tentang program dan teknik pelaksanaan ekskul IPA berbasis sainspreneur yang menyenangkan. Kepala sekolah memfasilitasi kerjasama guru pembina ekskul IPA dengan  orangtua, masyarakat atau dinas terkait untuk pengembangan program ekskul IPA berbasis sainspreneur.


C.  HASIL DARI AKSI NYATA

Pelaksanaan ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur dilaksanakan secara daring. Langkah awal yaitu melakukan sosialisasi dan pelatihan sederhana kepada rekan sejawat (guru-guru pembina ekskul IPA) melalui zoom meeting tentang penyusunan program, teknik pelaksanaan, evaluasi dan refleksi program ekskul IPA berbasis sainspreneur. Guru-guru pembina ekskul sangat antusias dan bersemangat untuk melaksanakan program ekskul baru ini, mereka berpendapat bahwa program ekskul berbasis sainspreneur ini sangat menarik dan menyenangkan bagi siswa, karena tujuan utama dari program ini adalah berfokus pada murid merdeka dalam mengembangkan segala potensinya dengan mengandalkan potensi lingkungan di sekitar mereka. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler Sciencepreneur Bidang IPA, dilakukan melalui tahapan:

1. Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;

2. Analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggarannya;

3. Pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya;

4. Penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler; dan

5. Penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan.

Tahap selanjutnya adalah melakukan sosialisasi tentang program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur dengan siswa peserta ekskul IPA melalui google classroom. Hal awal yang dilakukan siswa adalah mengidentifikasi potensi lingkungan rumah dan lingkungan sekitar mereka, kemudian mereka mengeksplor kreativitas mereka untuk membuat sebuah produk sains yang bernilai jual berdasarkan potensi lingkungan sekitarnya. Siswa sangat antusias dengan program ekskul ini, karena mereka merasa merdeka dalam menentukan produk sains yang akan dibuat, merdeka dalam membuat lembar kerja pembuatan produk sains tersebut, tentunya tetap berkolaborasi dengan teman, guru pembina, orang tua dan masyarakat tempat tinggal mereka. Siswa dilatih mengembangkan kemandiriannya, kreativitas dan tanggungjawabnya dalam menghasilkan sebuah produk IPA yang bernilai sainspreneur. Kami yakin dengan mendorong kemandirian peserta didik menghasilkan karya inovasi dan berinteraksi dengan berbagai pihak di masyarakat lebih dari batasan kurikulum sekolah, keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis dan berpikir kreatif akan terbina dengan lebih intensif. Salah satu produk sains yang dihasilkan siswa adalah larutan ekoenzym yang terbuat dari limbah organic seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Ekoenzyme ini sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan sebagai larutan pestisida alami. Produk yang menggunakan konsep sains ini sangat bernilai jual tinggi jika dipasarkan di masyarakat sebagai pupuk cair dan pestisida alami.

 

D. PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA

Pelaksanaan program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur menemui sedikit kendala, karena pelaksanaannya masih dilakukan secara daring. Banyak siswa yang masih sedikt bingung untuk memunculkan ide mereka dalam menggali potensi lingkungan sekitar mereka untuk dibuatkan sebuah produk IPA yang bernilai sainspreneur, sehingga guru pembina harus lebih intens lagi membimbing dan menuntun mereka. Guru pembina perlu memberikan sedikit pemahaman agar produk yang dihasilkan siswa tidak keluar dari konsep sains. Hal yang bisa kita ambil pelajaran adalah jika siswa diberikan pemahaman, kebebasan dan kemerdekaan dalam menghasilkan sebuah produk sains sesuai potensi lingkungannya, maka hasil produk sains yang mereka ciptakan sangat mengagumkan, bermanfaat dan bernilai jual tinggi.

Ekskul IPA ini bersifat pilihan yang diikuti secara sukarela, maka program ini memiliki potensi untuk berkembang pesat sesuai dengan intensitas kegiatan para peserta didik dan guru pembinanya, serta dukungan sekolah. Namun demikian, tanpa pemrograman yang baik kegiatan ekstrakurikuler bidang IPA dapat hanya menjadi program sesaat yang kemudian hilang, atau program yang berjalan tanpa arah yang jelas sehingga tak dapat dilihat hasilnya ataupun dilakukan evaluasinya. Jadi penting bagi guru pembina ekskul IPA untuk melakukan perencanaan dalam menyusun program ekstrakurikuler IPA berbasis sainspreneur ini dengan baik, melalui penerapan konsep BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiry apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif yang dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif untuk menggali potensi peserta didik atau potensi sekolah dalam mewujudkan murid merdeka dan berkarakter.

 

E.   DOKUMENTASI AKSI NYATA

Berikut adalah foto sosialisasi dan pelatihan program ekskul IPA berbasis sainspreneur dengan rekan sejawat melalui zoom meeting.


Berikut adalah foto sosialisasi program ekskul IPA berbasis sainspreneur dengan siswa melalui google classroom dan foto salah satu produk ekskul IPA yang bernilai sainspreneur, yaitu berupa ekoenzim yang berasal dari fermentasi limbah dapur organic (sayur  dan buah), yang bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan sebagai pestisida alami.